Page 253 - Neurosains Spiritual Hubungan Manusia, Alam dan Tuhan
P. 253

memproduksi hormon, seperti serotonin, sitokin, dan pelbagai bahan
            kimia lain yang juga diproduksi oleh otak. 518


            Sistem Saraf Usus alias ‘Otak Kedua’
            Sistem saraf enterik atau sering disebut ‘otak kedua’ adalah pemain pen-
            ting dalam hubungan usus-otak. Bersama saraf vagus (parasimpatik)
            sistem saraf enterik disebut sistem saraf otonom. Sistem saraf enterik
            punya dinamikanya sendiri dan dalam keadaan tertentu bisa melepas
            diri dari ‘otak pertama’ di kepala. Jumlah sel sarafnya—diperkirakan
            lebih 100 juta sel—jauh lebih banyak dari neuron di sumsum tulang
            belakang dan sistem saraf tepi. Menurut perkiraan ahli anatomi Mi-
            chael Gershon, yang menulis buku The Second Brain (1999), hanya
            sekitar 1–2.000 serabut saraf dari ‘otak pertama’ (otak di dalam kepala)
            yang terhubung dengan ratusan juta sel saraf usus ini. Apabila perintah
            otak pertama terputus maka ada jutaan sel saraf otak kedua yang akan
            melanjutkan. Ada semacam mekanisme yang disiapkan secara senga-
            ja mengatur ‘pengalihan’ kekuasaan dari otak pertama ke otak kedua
            dalam urusan pencernaan. Ahli anatomi dan fisiologi menyebut ini
            sebagai kemampuan intrinsik, kemampuan ‘di dalam dirinya sendiri’.
                Memasak dengan api dan adanya makanan masak menjadi titik
            penting dalam perkembangan otak manusia yang dikenal sebagai en-
            sefalisasi. Ketika manusia menemukan api dan bisa memasak, maka
            makanan menjadi lebih mudah dimasak. Energi lebih banyak di-
            peroleh. Nyatanya, memakan makanan yang dimasak bukan persoalan
            sepele. Banyak proses terlibat di situ. Banyak energi yang dibutuhkan.
            Saluran pencernaan harus bekerja sedemikian rupa sehingga hasilnya
            bisa optimal. Energi di otak pertama harus terpecah untuk mengurus
            pencernaan dan mengurus kebutuhan lain.
                Otak kedua butuh semacam otonomi dalam mengelola pekerjaan   Buku ini tidak diperjualbelikan.
            tanpa melibatkan terlalu banyak otak pertama. Di pihak lain, otak
            pertama tidak boleh kekurangan energi karena harus mengurus urus-


            518  M. Carabotti dkk., “The Gut-Brain Axis: Interactions Between Enteric Microbi-
              ota, Central and Enteric Nervous Systems,” Ann Gastroenterol 28, no. 2 (2015):
              203–209.


           234    Neurosains Spiritual: Hubungan ...
   248   249   250   251   252   253   254   255   256   257   258