Page 266 - Neurosains Spiritual Hubungan Manusia, Alam dan Tuhan
P. 266

dikenal, seperti gut instinc, gut feeling atau nervous stomach, atau keluh-
              an kolektif yang disebut  irritable bowl syndrome (IBS) untuk melu-
              kiskan apa yang dirasakan perut ketika seseorang mengalami masalah
              kejiwaan atau tanda suatu kejadian tertentu.
                  Terkait penyakit, studi pada 19.099 orang menunjukkan ting-
              kat kecemasan dan depresi secara signifikan lebih tinggi pada subjek
              dengan GERD (gastroesophageal reflux disease), terutama di NERD
                                                                 561
              (non-erosive reflux disease), dibandingkan kelompok kontrol.  Orang
              dengan IBS dan GERD memiliki kehidupan sehari-hari yang sulit se-
              hingga tampak kehidupannya sangat terganggu. 562
                  Pada tahun 1933—permulaan abad ke-20 ini—sekelompok ilmu-
              wan menulis, “Masih jauh dari pikiran kami untuk dapat menerima
              (memahami) bahwa semua kondisi mental memiliki faktor penyebab
              yang sama, tetapi kami mendapatkan peneguhan dalam mengenal
              keberadaan gangguan mental yang memiliki faktor penyebab terkait
              kondisi toksik yang berasal dari saluran pencernaan.”
                                                           563
                  Pernyataan ini seperti pernyataan nubuat alias futuristik. Meski
              sempat dinyatakan sebagai ilmu jadi-jadian (pseudosains) nanti sekitar
              tahun 1960-an peranan saluran pencernaan dalam gangguan mental
              mulai menarik para ilmuwan. Banyak riset ilmiah lahir dan memberi-
              kan bukti bahwa diet dan nutrisi berperanan penting dalam gangguan
              kejiwaan, terutama depresi dan kecemasan. Saat ini riset mulai fokus
              pada hubungan disfungsi saluran pencernaan dan otak, dan lebih spe-
              sifik lagi, antara keberadaan penanda peradangan di dalam darah (ini
              tanda bahwa imunitas tubuh sedang terpicu) dan risiko depresi.



              561  J. M. Choi dkk., “Association Between Anxiety and Depression and Gastroesoph-
                ageal Reflux Disease: Results from a Large Cross-sectional Study,” J Neurogastro-
                enterol Motil 24, no. 4 (2018): 593–602. Doi: 10.5056/jnm18069  Buku ini tidak diperjualbelikan.
              562  X. J. Yang dkk., “Anxiety and Depression in Patients with Gastroesophageal Re-
                flux Disease and Their Effect on Quality of Life,” World J Gastroenterol 21, no.
                14 (2015): 4302-4309. Doi: 10.3748/wjg.v21.i14.4302. Lihat juga K. R. Weaver
                dkk., “Irritable Bowel Syndrome: A review,” Am J Nurs, no. 6 (2017): 48-55. Doi:
                10.1097/01.NAJ.0000520253.57459.01
              563  A. Ferraro dan J. E. Kilman, “Experimental Toxic Approach to Mental Diseases,”
                Psychiatric Quarterly.


                                                        Good Nutrition  247
   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270   271