Page 108 - A Man Called Ove
P. 108

Fredrik Backman

              yang satu giliran kerja dengan Tom, karena ingin sekali
              diterima oleh para lelaki yang lebih tua, mengajukan diri
              dan menyatakan melihat dengan mata kepala sendiri ketika
              Ove mengambil uang itu.

                  Seandainya Ove mengadukan Tom, maka itu akan
              menjadi pertarungan kata melawan kata. Namun, kini,
              pertarungannya antara kata-kata Tom melawan kebisuan
              Ove. Keesokan paginya Ove diminta oleh mandor untuk
              mengosongkan lokernya dan pergi ke kantor direktur.
                  Ketika Ove berjalan pergi, Tom berdiri di balik pintu
              kamar ganti dan mengejeknya. “Pencuri,” desis Tom.

                  Ove melewatinya dengan tetap memandang ke bawah.
                  “Pencuri! Pencuri! Pencuri!” Salah seorang kolega muda
              mereka, yang telah bersaksi melawan Ove, mengejek riang
              dari seberang kamar ganti hingga salah seorang lelaki tua
              yang satu giliran kerja dengan mereka menampar telinganya,
              membuatnya diam.
                  “PENCURI!” teriak Tom secara demonstratif, begitu
              lantang hingga kata-kata itu masih berdenging di kepala
              Ove selama beberapa hari.

                  Ove berjalan memasuki udara malam tanpa berbalik.
              Dia menghela napas panjang. Dia berang, tapi bukan karena
              mereka menyebutnya pencuri. Dia tidak pernah menjadi jenis
              lelaki yang peduli terhadap julukan apa pun yang diberikan
              orang lain kepadanya. Namun, perasaan malu itu, karena
              kehilangan pekerjaan yang dilakukan oleh ayahnya seumur
              hidup dengan sepenuh hati, terasa membakar seperti tongkat
              pengorek api panas—membara di dalam dadanya.


                                        103
   103   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113