Page 103 - A Man Called Ove
P. 103
A Man Called Ove
Ove mengangguk.
“Direktur ingin mengungkapkan rasa terima kasihnya
atas pekerjaanmu yang sangat baik selama dua pekan terakhir
ini,” kata lelaki itu singkat dan lugas.
“Terima kasih,” kata Ove sambil mulai berjalan pergi.
Lelaki itu meletakkan tangannya di lengan Ove. Bocah
itu berhenti berjalan.
“Direktur ingin tahu apakah kau tertarik untuk tetap di
sini dan terus melakukan pekerjaan dengan baik.”
Ove berdiri dalam keheningan, memandang lelaki itu.
Terutama untuk mengecek apakah ini semacam lelucon. Lalu,
dia mengangguk perlahan-lahan.
Ketika dia telah maju beberapa langkah, lelaki itu
berteriak di belakangnya.
“Kata direktur, kau persis seperti ayahmu!”
Ove tidak berbalik. Namun punggungnya lebih tegak
ketika dia berjalan pergi.
Dan dengan cara itulah dia akhirnya mengikuti jejak
langkah terdahulu ayahnya. Dia bekerja keras, tidak pernah
mengeluh, dan tidak pernah sakit. Para pekerja lama yang
satu giliran kerja dengannya menganggapnya sedikit pendiam
dan aneh juga. Ove tidak pernah ingin bergabung bersama
mereka untuk minum bir sepulang kerja dan dia seakan juga
tidak tertarik kepada perempuan, dan fakta ini saja pun sudah
lebih dari sekadar aneh.
Namun, Ove persis seperti ayahnya dan tidak pernah
memberi mereka alasan untuk mengeluhkannya. Dia
98