Page 109 - A Man Called Ove
P. 109

A Man Called Ove

                Ketika berjalan ke kantor untuk kali terakhir sambil
            membawa buntalan pakaian kerja, Ove punya banyak waktu
            merenungkan hidupnya. Dia suka bekerja di sini. Tugas-
            tugas yang layak, perkakas yang layak, pekerjaan yang
            sesungguhnya.

                Dia memutuskan, begitu polisi sudah selesai melakukan
            apa pun yang mereka lakukan terhadap pencuri dalam situasi
            seperti ini, dia akan mencoba pergi ke suatu tempat untuk
            mendapatkan pekerjaan lain yang seperti ini. Dia mungkin
            harus pergi jauh, pikirnya. Kemungkinan besar, catatan

            kriminal memerlukan jarak geografis yang lumayan jauh,
            sebelum catatan itu mulai memudar dan menjadi tidak
            menarik lagi.
                Dia menyadari tidak adanya sesuatu pun yang me-
            nahannya di sini. Namun setidaknya, dia belum menjadi jenis
            lelaki pengadu. Dia berharap ini akan membuat ayahnya
            lebih pemaaf sehubungan dengan hilangnya pekerjaan Ove,
            begitu mereka dipersatukan kembali.

                Ove harus duduk di kursi kayu di koridor selama hampir
            empat puluh menit, sebelum seorang perempuan setengah
            baya dengan rok hitam ketat dan kacamata lancip datang dan
            memberitahunya agar memasuki ruangan kantor. Perempuan
            itu menutup pintu di belakang Ove. Ove berdiri di sana,
            masih dengan membawa pakaian kerja. Direktur duduk di
            belakang meja sambil bersedekap. Kedua lelaki itu saling
            mengamati begitu lama, seakan salah seorang dari mereka
            adalah lukisan yang teramat sangat menarik di museum.
                “Tom yang mengambil uang itu,” kata direktur.



                                       104
   104   105   106   107   108   109   110   111   112   113   114