Page 145 - A Man Called Ove
P. 145

A Man Called Ove

                “Ya, ya. Baiklah kalau begitu.”

                Perempuan Hamil mengerang.
                “Patrick terjatuh dari tangga.”

                Si Perempuan Hamil mendongak sehingga Ove seolah
            berdiri di sana berbicara dengan bagian bawah dagunya.
                “Siapa Patrick?” tanya Ove pada dagu itu.
                “Suamiku,” jawab dagu itu.

                “Si Kerempeng?” tanya Ove.
                “Ya, benar,” jawab dagu itu.
                “Dan dia terjatuh dari tangga?” tanya Ove menegaskan.

                “Ya. Ketika sedang membuka jendela.”
                “Benar. Betapa mengejutkan; kau sudah bisa menebaknya
            dari jauh hari….”
                Dagu itu menghilang dan sepasang mata cokelat besar
            muncul kembali.

                Mata itu tidak tampak begitu senang.
                “Kita akan berdebat mengenai ini atau apa?”
                Ove menggaruk-garuk kepala, sedikit jengkel.

                “Tidak, tidak … tapi tidak bisakah kau menyetir? Menyetir
            mesin jahit Jepang kecil yang kalian kendarai sewaktu tiba
            kemarin itu?” tanya Ove, mencoba memprotes.
                “Aku tidak punya SIM,” jawab si Perempuan Hamil
            sambil membersihkan darah dari bibir.
                “Apa maksudmu tidak punya SIM?” tanya Ove, seakan
            kata-kata perempuan itu benar-benar tidak dipahaminya.

                Sekali lagi, si Perempuan Hamil mendesah tidak sabar.


                                       140
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150