Page 143 - A Man Called Ove
P. 143

A Man Called Ove

            mengenakan dasi. Sonja akan menganggapnya sebagai lelaki
            paling tampan di dunia.

                Ove bertanya-tanya, apakah kini Sonja masih mau
            memandangnya? Apakah istrinya akan merasa malu karena dia
            muncul di alam baka sebagai pengangguran dan mengenakan
            setelan kotor? Akankah istrinya menganggapnya sebagai idiot,
            yang bahkan tidak bisa mempertahankan pekerjaan jujur
            tanpa disingkirkan, hanya karena pengetahuannya ternyata
            tidak memenuhi syarat dengan adanya semacam komputer?
            Akankah istrinya masih memandangnya dengan cara yang
            sama seperti dulu, sebagai lelaki yang bisa diandalkan? Lelaki
            yang bisa memikul tanggung jawab untuk segalanya dan
            memperbaiki pemanas air jika perlu. Akankah Sonja kini tetap
            menyukainya seperti dulu, setelah dia hanya menjadi orang
            tua lontang-lantung di dunia?
                Terdengar gedoran yang semakin keras di pintu garasi.
            Ove menatap masam pintu itu. Gedoran lagi. Ove berpikir
            ini sudah cukup.

                “Cukup sudah!” teriaknya sambil membuka pintu Saab
            dengan begitu kasar hingga selang plastik itu terlepas dari
            jepitan jendela dan jatuh ke lantai beton. Gulungan-gulungan
            asap knalpot menyembur ke segala arah.
                Kini, seharusnya Perempuan Asing Hamil sudah belajar
            untuk tidak berdiri terlalu dekat dengan pintu ketika Ove
            berada di baliknya. Namun kali ini perempuan itu tidak bisa
            menghindari pintu garasi yang menghantam wajahnya, ketika
            Ove membuka pintu itu dengan kasar.





                                       138
   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148