Page 147 - A Man Called Ove
P. 147

A Man Called Ove

                Mungkin, si Perempuan Hamil memperhatikan bagai-
            mana suasana hati Ove berubah begitu dia menyebut kata
            “bus”. Mungkin juga tidak. Bagaimanapun, perempuan itu
            mengangguk seakan, entah bagaimana, ini menyelesaikan
            persoalan.

                “Baiklah kalau begitu. Jadi kau harus mengantarkan
            kami.”
                Dengan berani, Ove mencoba menudingkan telunjuk
            untuk mengancam perempuan itu. Namun, yang
            mengecewakannya, dia merasa telunjuk itu tidak begitu
            meyakinkan seperti yang diharapkannya.



                “Tidak ada kata ‘harus’ di sekitar sini.  Aku bukan
            semacam layanan pengantaran sialan!” kata Ove, pada
            akhirnya.
                Si Perempuan Hamil hanya menekankan telunjuk
            dan jempolnya semakin keras pada tulang hidung dan
            mengangguk, seakan dia sama sekali tidak mendengarkan
            apa yang baru saja dikatakan Ove. Dia melambaikan tangan
            dengan jengkel ke arah garasi dan selang plastik di lantai,
            yang memuntahkan asap knalpot semakin pekat dan semakin
            pekat ke langit-langit.

                “Aku tidak punya waktu meributkan ini lagi. Persiapkan
            segalanya agar  kita bisa berangkat. Aku akan pergi menjemput
            anak-anak.”
                “ANAK-ANAK???” teriak Ove di belakang si Perempuan
            Hamil, tanpa mendapatkan jawaban apa pun.




                                       142
   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152