Page 151 - A Man Called Ove
P. 151

A Man Called Ove

                Tampaknya, seorang biarawan bernama Francis pernah
            menulis seperti itu dalam salah satu buku milik istrinya.

                “Kau tidak bisa menipuku, Sayang,” ujar istrinya sambil
            sedikit tersenyum nakal dan menyusup ke balik lengan
            besarnya. “Kau menari-nari di dalam hati, Ove, ketika
            tak seorang pun memperhatikan. Dan, aku akan selalu
            mencintaimu karenanya. Tak peduli kau suka atau tidak.”
                Ove tidak pernah terlalu memahami maksud perkataan
            istrinya itu. Dia tidak pernah suka menari. Rasanya itu teramat
            sangat berbahaya dan memusingkan. Dia menyukai garis
            lurus dan keputusan yang pasti. Itulah sebabnya, dia selalu
            menyukai matematika. Ada jawaban benar atau salah di sana.
            Tidak seperti semua mata pelajaran hippie lainnya. Mereka
            berupaya menipumu agar mempelajari semua mata pelajaran
            itu, yang membolehkanmu “mendebat kasusmu”. Seakan
            itulah cara menyimpulkan diskusi: mengecek siapa yang tahu
            kata-kata terpanjang. Ove ingin agar apa yang benar adalah
            benar, dan apa yang salah adalah salah.

                Dia tahu sekali bahwa sebagian orang hanya
            menganggapnya tua bangka pemarah yang tidak memercayai
            orang. Namun, sejujurnya, itu karena orang-orang tidak
            pernah memberinya alasan untuk memandang mereka dengan
            cara lain.
                Sebab, akan tiba saatnya dalam kehidupan semua lelaki,
            ketika mereka harus memutuskan hendak menjadi jenis lelaki
            macam apa: jenis yang membiarkan orang lain menguasai
            mereka atau tidak.





                                       146
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156