Page 155 - A Man Called Ove
P. 155
A Man Called Ove
Ketika Ove sedang berjalan menyusuri koridor, dia
bertemu Tom. Itu pertemuan pertama mereka sejak Ove
disalahkan atas pencurian di gerbong. Lelaki yang lebih bijak
dibanding Tom mungkin akan menghindari kontak mata.
Atau mencoba berpura-pura peristiwa itu tidak pernah terjadi.
Namun Tom bukan jenis lelaki yang lebih bijak.
“Wah, bukankah ini si pencuri kecil!” teriaknya sambil
tersenyum menantang.
Ove tidak menjawab. Mencoba lewat, tapi disikut keras
oleh salah seorang dari kolega-kolega muda Tom yang
mengelilingi lelaki itu. Ove mendongak. Kolega muda itu
sedang tersenyum mencemoohnya.
“Pegangi dompet kalian, pencurinya ada di sini!” teriak
Tom begitu lantang, hingga suaranya menggema di sepanjang
koridor-koridor.
Dengan sebelah tangan, Ove mencengkeram semakin
erat buntalan pakaiannya. Namun dia mengepalkan tangan
yang satu lagi di dalam saku. Dia berjalan memasuki ruang
ganti kosong. Melepas pakaian kerja lamanya yang kotor,
melepas arloji penyok milik ayahnya, lalu meletakkannya di
bangku. Ketika dia berbalik untuk pergi ke pancuran, Tom
berdiri di ambang pintu.
“Kami mendengar tentang kebakaran itu,” katanya. Ove
bisa melihat bahwa Tom mengharapkan jawaban.
“Ayahmu pasti akan merasa bangga kepadamu! Bahkan
dia pun tidak cukup payah untuk membakar rumah sialannya
sendiri!” teriak Tom ketika Ove melangkah ke pancuran.
150