Page 20 - A Man Called Ove
P. 20
Fredrik Backman
Perlukah berdandan seperti pesenam Rumania berusia
empat belas agar bisa melakukan olahraga itu? Atau seperti
tim olahraga kereta-luncur Olimpiade? Hanya untuk berjalan
tanpa arah mengelilingi blok selama tiga perempat jam?
Dan si sok-pamer itu punya pacar. Sepuluh tahun
lebih muda. Ilalang Pirang, begitulah Ove memanggilnya.
Perempuan yang keluyuran di jalanan seperti panda mabuk
dengan tumit sepatu sepanjang kunci pas, rias wajah seperti
badut, dan kacamata hitam yang begitu besar sehingga
orang tidak tahu apakah itu kacamata atau semacam helm.
Perempuan itu juga punya salah satu hewan yang bisa dibawa
dalam tas jinjing. Hewan itu berlarian tanpa tali pengikat
dan mengencingi batu-batu hampar di luar rumah Ove.
Perempuan itu mengira Ove tidak memperhatikan, tapi Ove
selalu memperhatikan.
Kehidupannya tidak pernah dimaksudkan untuk seperti
ini. Titik. “Bukankah sedikit bersantai akan menyenangkan?”
kata mereka kepadanya di tempat kerja, kemarin. Dan kini,
Ove berdiri di sini, di dekat permukaan meja dapurnya yang
mengilap. Ini seharusnya bukan sebuah pekerjaan yang
dilakukan pada sebuah Selasa sore.
Ove memandang rumah yang identik dengan miliknya
di seberang jalan. Sebuah keluarga dengan anak-anak baru
saja pindah ke sana. Kelihatannya orang asing. Ove belum
tahu mobil macam apa yang mereka miliki. Mungkin sesuatu
buatan Jepang.
Astaga. Ove mengangguk sendiri, seakan baru saja
mengucapkan sesuatu yang sangat disetujuinya. Dia
15