Page 25 - A Man Called Ove
P. 25

A Man Called Ove

                “Wah, dasar sialan …,” teriak Ove lewat jendela ketika
            roda trailer itu bergulir ke dalam petak bunga. Beberapa detik
            kemudian pintu depan rumahnya seakan melayang terbuka
            sendiri. Seakan merasa takut Ove akan langsung berjalan
            menabraknya jika tetap tertutup.

                “Kau sedang apa, sih?” bentak Ove kepada perempuan
            itu.
                “Ya, aku sendiri juga bertanya begitu!” perempuan itu
            membentak balik.

                Sejenak Ove kebingungan. Dia memelototi perempuan
            itu. Perempuan itu balas memelototinya.
                “Kau tidak boleh mengendarai mobil di sini! Kau tidak
            bisa baca?”
                Perempuan asing mungil itu melangkah menghampiri
            Ove, dan saat itulah Ove baru memperhatikan bahwa
            perempuan itu entah hamil tua atau menderita apa yang
            akan disebutnya sebagai obesitas selektif.

                “Aku tidak sedang mengendarai mobil, kan?”
                Selama beberapa detik, Ove menatapnya tanpa bersuara.
            Lalu dia berpaling kepada suami sang perempuan, yang
            baru saja berhasil meloloskan diri dari mobil Jepang itu dan
            sedang menghampiri mereka, sepasang tangannya melayang-
            layang ekspresif ke udara, senyum penyesalan tersungging
            di wajah. Dia mengenakan kardigan rajutan dan posturnya
            seakan menunjukkan kekurangan kalsium yang sangat nyata.
            Tingginya pasti mendekati dua meter. Secara naluriah, Ove
            meragukan semua orang yang tingginya melebihi seratus




                                       20
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30