Page 30 - A Man Called Ove
P. 30
Fredrik Backman
ke posisi maju dan mulai menjalankan mobil. Apakah SIM
pantas diberikan, jika seseorang tidak bisa menyetir mobil
yang sebenarnya, alih-alih hanya semacam kendaraan robot
Jepang, pikirnya. Ove bahkan bertanya-tanya, apakah orang
yang tidak bisa memarkir mobil dengan benar seharusnya
diperbolehkan mengikuti pemilu?
Ketika dia sudah bergerak maju dan meluruskan karavan
itu—seperti yang dilakukan oleh manusia beradab sebelum
memundurkan mobil berkaravan—dia memindahkan
persneling ke posisi mundur. Mobil itu langsung mengeluarkan
suara melengking. Ove memandang ke sekeliling dengan
marah.
“Dasar sialan …. Mengapa kau bersuara seperti itu?”
desisnya pada panel instrumen sambil menampar setir.
“Kubilang, hentikan!” raungnya pada lampu merah yang
terus berkedip-kedip dengan ngototnya.
Pada saat bersamaan, Si Kerempeng muncul di samping
mobil dan mengetuk pelan kaca jendelanya. Ove membuka
jendela, memandangnya dengan jengkel.
“Itu hanya suara radar mundur,” kata Si Kerempeng
sambil mengangguk.
“Kau pikir aku tidak tahu itu?” desis Ove.
“Mobil ini sedikit ganjil. Kurasa aku bisa menunjukkan
tombol-tombolnya, jika kau mau ….”
“Aku bukan idiot tahu!” dengus Ove.
Si Kerempeng mengangguk kuat-kuat.
“Ya, ya, tentu saja bukan.”
25