Page 31 - A Man Called Ove
P. 31
A Man Called Ove
Ove memelototi panel instrumen.
“Ada apa lagi sekarang?”
Si Kerempeng mengangguk bersemangat.
“Mobil ini sedang mengukur seberapa banyak daya
yang tersisa dalam baterainya. Kau tahu, sebelum beralih
dari motor listrik ke motor yang digerakkan oleh bensin.
Karena ini mobil hibrida ….”
Ove tidak menjawab. Dia hanya menutup jendela
perlahan-lahan, membiarkan Si Kerempeng di luar dengan
mulut setengah terbuka. Ove menengok kaca spion kiri.
Lalu, kaca spion kanan. Dia memundurkan mobil Jepang
yang sedang menjerit-jerit ketakutan itu, menggerakkan
karavannya dengan sempurna di antara rumahnya sendiri
dan rumah tetangga barunya yang tidak terampil itu, keluar
dari mobil, lalu melemparkan kunci mobil kepada si tolol.
“Radar mundur, sensor parkir, kamera, dan omong
kosong semacam itu. Orang yang memerlukan kesemuanya
itu untuk memundurkan mobil bergandengan seharusnya
tidak boleh menyetir mobil sedari awal.”
Si Kerempeng mengangguk ceria kepada Ove.
“Terima kasih atas bantuannya,” teriaknya, seakan Ove
tidak menghabiskan waktu sepuluh menit terakhir itu untuk
menghinanya.
“Seharusnya kau bahkan tidak boleh memutar-ulang
kaset,” gerutu Ove. Si perempuan hamil hanya berdiri di sana
sambil bersedekap, tapi tidak kelihatan terlalu marah lagi.
Dia berterima kasih kepada Ove dengan tersenyum masam,
26