Page 36 - A Man Called Ove
P. 36
Fredrik Backman
dipadamkan kembali. Lagi pula, dia tidak mau menyenangkan
perusahaan listrik gara-gara meterannya melonjak hingga
beberapa ribu krona lagi. Sebaiknya mereka tidak berharap.
Ove mengemasi kotak barang-bergunanya dan
membawanya ke lorong besar di lantai atas. Mengambil kunci
loteng dari tempatnya di belakang radiator, di lorong kecil.
Berjalan kembali, menjulurkan tangan ke atas, dan membuka
pintu-tingkap menuju loteng. Menarik turun tangganya.
Memanjat ke loteng dan meletakkan kotak barang-berguna
di tempatnya, di belakang kursi-kursi dapur—yang diletakkan
Ove di sana atas perintah istrinya karena kursi-kursi itu terlalu
sering berderit. Kursi-kursi itu sama sekali tidak berderit.
Ove tahu sekali bahwa itu hanya sekadar alasan karena
istrinya ingin membeli kursi-kursi baru. Seakan hanya itulah
kehidupan. Membeli kursi-kursi baru, makan di restoran,
dan bertindak konyol.
Ove kembali menuruni tangga. Mengembalikan kunci
loteng ke tempatnya di belakang radiator di lorong kecil.
“Sedikit bersantai,” kata mereka kepadanya. Banyak lelaki
sok pamer berusia tiga puluh satu yang bekerja dengan
komputer dan menolak minum kopi biasa. Masyarakat yang
tak seorang pun anggotanya tahu cara memundurkan mobil
bergandengan. Mereka memberitahunya bahwa dia tidak
diperlukan lagi. Apakah itu masuk akal?
Ove berjalan ke ruang duduk, menyalakan TV. Dia
tidak menonton acara-acaranya, tapi rasanya tidak bisa
menghabiskan malam dengan hanya duduk di sana sendirian
seperti orang tolol menatap dinding. Dia mengeluarkan
31