Page 32 - A Man Called Ove
P. 32

Fredrik Backman

              seakan menahan tawa. Perempuan itu punya mata cokelat
              terbesar yang pernah dilihat Ove.

                  “Asosiasi Warga tidak mengizinkan mobil di area ini, dan
              kalian harus mematuhinya,” dengus Ove sebelum berjalan
              kembali ke rumahnya.
                  Dia berhenti setengah-jalan di jalan setapak antara
              rumah dan gudangnya. Dia mengerutkan hidung, seperti
              yang dilakukan oleh lelaki seusianya, dan kerutan itu
              menjalari seluruh tubuh bagian atasnya. Lalu, Ove berlutut,
              memosisikan wajah persis di dekat batu-batu hampar itu,
              yang dengan rapi dan tanpa perkecualian dibongkar dan
              diletakkan-ulang olehnya dua tahun sekali, tak peduli perlu
              atau tidak. Kembali dia mengendus-endus. Lalu mengangguk
              sendiri. Bangkit berdiri.

                  Kedua tetangga baru Ove masih mengamatinya.
                  “Kencing! Ada air kencing di seluruh tempat ini!” gerutu
              Ove. Dia menunjuk batu-batu hampar.
                  “O … ke,” kata perempuan berambut hitam itu.

                  “Tidak! Sialan! Tidak ada yang oke di sekitar sini!”
                  Dengan makian itu, Ove memasuki rumah dan menutup
              pintu.
                  Dia menjatuhkan tubuh ke atas dingklik di lorong dan
              tetap berada di sana untuk waktu yang lama. Perempuan
              sialan. Mengapa dia dan keluarganya harus pindah kemari,
              jika mereka bahkan tidak bisa membaca plang yang ada di
              depan mata mereka sendiri? Kau tidak boleh mengendarai
              mobil di dalam blok. Semua orang juga tahu.




                                         27
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37