Page 29 - A Man Called Ove
P. 29

A Man Called Ove

                “Kesalahanku, kesalahanku! Maaf, kau tahulah, aku tidak
            melihat kotak surat itu di kaca spion. Karavan ini menyulitkan,
            aku tidak tahu harus membelokkan rodanya ke mana ….”

                Ove menghunjamkan kepalan tangan ke atap mobil
            sebegitu kerasnya, hingga si Kerempeng terlompat dan
            kepalanya membentur rangka pintu. “Keluar dari mobil!”
                “Apa?”

                “Kubilang, keluar dari mobil!”
                Si Kerempeng memandang Ove dengan sedikit terkejut,
            tapi seakan tidak punya keberanian untuk menjawab. Dia
            keluar dari mobil dan berdiri di sampingnya seperti bocah
            sekolahan yang sedang disetrap. Ove menunjuk jalan setapak
            di antara rumah-rumah bandar, yang memanjang ke gudang
            sepeda dan area parkir.
                “Pergi dan jangan menghalangi.”

                Si Kerempeng mengangguk, sedikit kebingungan.
                “Astaga. Orang yang lengan bawahnya diamputasi dan
            menderita katarak pun bisa memundurkan karavan ini dengan
            lebih akurat,” gumam Ove sambil memasuki mobil.
                Bagaimana    mungkin     seseorang   tidak  mampu
            memundurkan mobil berkaravan, tanya Ove kepada diri
            sendiri. Kok bisa? Seberapa sulit menetapkan mana kanan
            dan kiri, lalu melakukan yang sebaliknya? Bagaimana orang-
            orang seperti ini bisa bertahan hidup?

                Tentu saja ini mobil bertransmisi otomatis, pikir Ove.
            Tak mengherankan. Orang-orang tolol ini lebih suka tidak
            menyetir mobil sama sekali, apalagi memundurkan sendiri
            mobil mereka ke tempat parkir. Ove memindahkan persneling

                                       24
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34