Page 17 - A Man Called Ove
P. 17
A Man Called Ove
di sini, di sana, dan di mana pun sesuka mereka. Ini dinding,
bukan papan pengumuman sialan.
Ove berjalan menyusuri jalan setapak kecil di antara
rumah-rumah. Dia berhenti di luar rumahnya sendiri,
membungkuk di atas batu-batu hampar, dan mengendus
kuat-kuat di sepanjang celah-celah.
Kencing. Ini pesing bau kencing.
Dan dengan hasil pengamatan ini Ove memasuki rumah,
mengunci pintu lalu minum kopi.
Ketika sudah selesai, dia memberhentikan langganan
telepon dan korannya. Dia memperbaiki keran pengatur
air panas dan dingin di kamar mandi kecil. Memasang
sekrup-sekrup baru pada pegangan pintu dari dapur ke
beranda. Menata-ulang kotak-kotak di loteng. Menata-ulang
perkakasnya di gudang dan memindahkan ban-ban musim
dingin mobil Saab-nya ke tempat baru. Dan kini, di sinilah
dia berada.
Kehidupan tidak pernah dimaksudkan untuk berubah
menjadi seperti ini.
Saat itu Selasa sore pukul empat pada bulan November.
Ove telah mematikan semua radiator, cerek penapis kopi
dan semua lampu. Meminyaki permukaan meja kayu di
dapur, walaupun keledai-keledai di toko perabot IKEA itu
mengatakan kayu tidak perlu diminyaki. Di rumah ini semua
permukaan kayu diminyaki setiap enam bulan sekali, tak
peduli perlu atau tidak. Tak peduli apa pun yang dikatakan
oleh gadis berbaju kaus olahraga kuning dari gudang
swalayan.
12