Page 263 - A Man Called Ove
P. 263

A Man Called Ove

                Si gadis tiga tahun mengejar si kucing di kaki Ove. Ove
            berupaya memikirkan apa yang harus dilakukan dengan
            tangannya.

                “Ah, jadi aku mengangkat seorang lelaki bersetelan dari
            rel. Sial. Itu bukan sesuatu yang perlu dibesar-besarkan,”
            gumamnya.
                Parvaneh mencoba mempertahankan wajah serius.

                “Atau ditertawakan, sungguh,” kata Ove masam.
                “Maaf,” kata Parvaneh.
                Pintu garasi meneriakkan sesuatu yang kedengarannya
            seperti: “Halo? Kalian masih di sana?”

                “Tidak!” teriak Ove.
                “Mengapa kau semarah itu?” tanya pintu garasi.
                Ove mulai tampak bimbang. Dia mencondongkan tubuh
            ke arah Parvaneh.

                “Aku … tidak tahu cara mengusir perempuan itu,”
            katanya. Dan, jika Parvaneh tidak lebih bijak, dia mungkin
            akan menyimpulkan adanya semacam permohonan di mata
            Ove. “Aku tidak ingin dia berada di dalam sana sendirian
            bersama Saab!” bisik Ove muram.
                Parvaneh mengangguk, menegaskan aspek-aspek tidak
            menguntungkan dari situasi ini. Ove menurunkan sebelah
            tangan lelahnya untuk menjadi penengah antara si gadis tiga
            tahun dan si kucing, sebelum situasi di sekitar sepatunya
            menjadi tak terkendali. Si gadis tiga tahun tampak siap
            memeluk si kucing. Si kucing seakan siap memilih gadis kecil





                                       258
   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267   268