Page 265 - A Man Called Ove
P. 265

A Man Called Ove

                Ove memandang pintu garasi dengan muram.

                “Ini pemerasan,” katanya putus asa kepada Parvaneh.
                Parvaneh mengangguk ceria.

                “Ove nyerang badot!” kata si gadis tiga tahun sambil
            mulai mengangguk-angguk pada si kucing. Jelas, karena
            dia merasa keengganan Ove terhadap rumah sakit perlu
            dijelaskan lebih lanjut kepada siapa pun yang tidak berada
            di sana ketika kali terakhir mereka pergi ke sana.
                Si kucing seakan tidak tahu apa arti perkataan ini.
            Namun, jika badut itu sama menjengkelkannya dengan
            gadis tiga tahun ini, si kucing tidak memiliki pandangan
            yang seluruhnya negatif mengenai Ove memukul seseorang.



                Jadi, inilah alasan mengapa kini Ove duduk di sini. Si
            kucing tampak memendam kekecewaan pribadi terhadap
            Ove, yang menyuruhnya duduk di kursi belakang sepanjang
            perjalanan bersama si gadis tiga tahun.
                Ove membetulkan letak surat kabar di kursi-kursi.
            Dia merasa tertipu. Ketika Parvaneh mengatakan hendak
            menyingkirkan jurnalis itu, Ove tidak punya gagasan yang
            sangat jelas mengenai cara Parvaneh melakukannya. Jelas, dia
            tidak mengharapkan jurnalis itu untuk dilenyapkan dalam
            kepulan asap atau dipukul dengan sekop atau dikuburkan
            di padang gurun atau apa pun semacam itu.
                Sesungguhnya Parvaneh hanya membuka pintu garasi,
            menyerahkan kartu namanya kepada jurnalis itu, dan berkata,
            “Telepon aku dan kita akan bicara mengenai Ove.” Apakah itu




                                       260
   260   261   262   263   264   265   266   267   268   269   270