Page 271 - A Man Called Ove
P. 271

A Man Called Ove

            tidak mengatakannya secara langsung, tapi maksudnya sejelas
            kristal. Dia tidak percaya bahwa Ove kini sanggup untuk
            tinggal bersama istrinya.

                “Dalam kondisi saat ini,” ulangnya terus-menerus sambil
            diam-diam mengangguk ke sisi ranjang. Dia bicara dengan
            Ove seakan Sonja bahkan tidak berada di ruangan itu.
                Kali ini, Ove memang membuka pintu, tapi tetap saja
            perempuan itu didorongnya keluar.

                “Satu-satunya rumah yang kami tuju adalah rumah
            kami sendiri! Tempat kami TINGGAL!” bentaknya kepada
            perempuan itu. Dan dalam kemarahan dan perasaan frustrasi
            yang luar biasa, dia melemparkan salah satu sepatu Sonja
            ke luar kamar.
                Setelah itu Ove harus pergi dan bertanya kepada para
            perawat, yang nyaris terkena lemparan sepatu itu, apakah
            mereka tahu ke mana sepatu itu menghilang. Dan ini tentu
            saja membuat Ove semakin berang. Untuk kali pertama,
            semenjak kecelakaan itu, Ove mendengar Sonja tertawa.
            Seakan tawa itu mengalir keluar dari tubuh istrinya tanpa
            sedikit pun kemungkinan untuk menghentikannya, seakan
            Sonja dirobohkan ke tanah oleh tawa terkikiknya sendiri.
            Sonja tertawa dan tertawa dan tertawa, hingga huruf-huruf
            vokal menggelinding melintasi dinding dan lantai seakan
            tidak mau menghiraukan hukum waktu dan ruang.
                Ini membuat Ove merasa seakan dadanya perlahan-lahan
            membusung dari reruntuhan rumah yang roboh setelah
            gempa bumi. Ini memberi ruang bagi jantungnya untuk
            berdetak kembali.



                                       266
   266   267   268   269   270   271   272   273   274   275   276