Page 272 - A Man Called Ove
P. 272
Fredrik Backman
Ove pulang dan membangun kembali seluruh rumah,
membongkar meja dapur lama dan memasang meja baru
yang lebih rendah. Bahkan berhasil menemukan kompor
buatan khusus. Membangun ulang kerangka pintu-pintu dan
memasang rampa di seluruh ambang pintu. Sehari setelah
diizinkan meninggalkan rumah sakit, Sonja kembali mengikuti
pelatihan guru. Pada musim semi dia mengikuti ujian. Ada
iklan lowongan kerja di koran untuk posisi mengajar di
sekolah bereputasi terburuk di seluruh kota. Guru berkualitas
dengan semua bagian otak yang tersusun dengan benar tidak
akan mau menghadapi kelas itu secara sukarela. Itu kelas
dengan Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktif, sebelum
Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktif diciptakan.
“Tidak ada harapan bagi semua bocah laki-laki dan
perempuan ini,” jelas kepala sekolah dengan serius dalam
wawancara kerja itu. “Ini bukan pendidikan, ini gudang.”
Mungkin Sonja memahami bagaimana rasanya
digambarkan dengan cara seperti itu. Posisi lowong itu hanya
memikat seorang pelamar, dan Sonja berhasil membuat semua
bocah laki-laki dan perempuan itu membaca Shakespeare.
Sementara itu, Ove begitu terbebani kemarahan sehingga
terkadang Sonja harus menyuruhnya pergi ke luar agar tidak
menghancurkan perabot. Teramat sangat menyakitkan bagi
Sonja ketika melihat bahu Ove begitu sarat oleh kehendak
untuk menghancurkan. Menghancurkan sopir bus itu. Agen
perjalanan itu. Pembatas jalan itu. Produsen anggur itu. Segala
sesuatu dan semua orang. Meninju dan terus meninju hingga
semua bajingan lenyap. Hanya itu yang ingin dilakukan Ove.
267