Page 277 - A Man Called Ove
P. 277
A Man Called Ove
Patrick duduk di antara mereka, memutar dan memelintir
tubuh untuk mencoba mencari posisi nyaman bagi tulang
keringnya yang digips, yang dinaikkannya di lengan kursi
di antara dua kursi depan.
Itu tidak mudah, karena dia berupaya sebaik mungkin
untuk tidak memindahkan surat kabar yang diletakkan Ove
di kursinya dan di bawah kaki bergipsnya.
Si gadis tiga tahun menjatuhkan sebuah krayon berwarna,
yang bergulir ke bawah kursi depan. Di sana duduk Jimmy,
yang ikut ke rumah sakit untuk membantu. Dengan gerakan
yang jelas pantas dilakukan oleh pemain akrobat Olimpiade
bagi lelaki berperawakan sepertinya, Jimmy berhasil
membungkuk dan memungut krayon itu dari alas kaki di
depannya. Sejenak dia mengamati benda itu, menyeringai, lalu
berpaling ke kaki Patrick yang tersandar, dan menggambar
seorang lelaki besar yang sedang tersenyum di gips itu. Gadis
tiga tahun menjerit kegirangan ketika melihatnya.
“Jadi, kau juga akan mulai mengotori mobil?” tanya Ove.
“Bagus, kan?” goda Jimmy. Dia tampak seakan hendak
mengajak Ove melakukan toss.
Ove memutar bola mata.
“Maaf, Pak, aku tidak bisa menahan diri,” kata Jimmy
yang dengan agak malu, mengembalikan krayon itu kepada
Parvaneh.
Terdengar suara “pling” di dalam saku Jimmy. Dia
mengeluarkan ponsel sebesar tangan orang dewasa dan
menyibukkan diri dengan mengetuk-ngetuk layarnya dengan
bersemangat.
272