Page 280 - A Man Called Ove
P. 280
Fredrik Backman
Saab, menunggu mereka semua di luar McDonald’s. Bahkan,
si kucing pun ikut masuk bersama mereka. Dasar pengkhianat.
Parvaneh keluar dan mengetuk kaca jendela Ove.
“Kau yakin tidak mau sesuatu?” tanyanya lembut kepada
Ove.
Ove mengangguk. Parvaneh tampak sedikit kecewa. Ove
membuka jendela lagi. Parvaneh berjalan mengitari mobil
dan masuk lewat pintu belakang.
“Terima kasih telah berhenti.” Dia tersenyum.
“Ya, ya,” jawab Ove.
Parvaneh menyantap kentang goreng. Ove mengulurkan
tangan dan meletakkan lebih banyak koran di lantai di depan
perempuan itu. Parvaneh mulai tertawa. Ove tidak mengerti
apa yang ditertawakannya.
“Aku perlu bantuanmu, Ove,” kata Parvaneh mendadak.
Ove tampak tidak terlalu antusias.
“Kurasa kau bisa membantuku agar lulus ujian
mengemudi,” lanjut Parvaneh.
“Apa katamu?” tanya Ove, seakan dia pasti salah dengar.
Parvaneh mengangkat bahu. “Kaki Patrick akan digips
selama berbulan-bulan. Aku harus mendapat SIM agar bisa
mengantar kedua putriku. Kurasa kau bisa memberiku
pelajaran menyetir.”
Ove tampak begitu kebingungan, hingga dia bahkan
lupa untuk marah.
“Jadi, dengan kata lain kau tidak punya SIM?”
“Ya.”
275