Page 284 - A Man Called Ove
P. 284
Fredrik Backman
“Kau makhluk terlucu yang dikenalnya. Itulah sebabnya
dia selalu menggambarmu berwarna-warni,” kata Parvaneh.
Lalu dia menutup pintu depan mobil dan berjalan pergi.
Perlu beberapa detik sebelum Ove cukup tenang untuk
meneriakinya: “Apa maksudmu dengan ‘selalu’?”
Namun saat itu mereka semua sudah mulai berjalan
kembali ke rumah-rumah.
Dengan sedikit tersinggung Ove membetulkan surat
kabar di kursi depan. Si kucing pindah dari kursi belakang dan
membuat dirinya nyaman di kursi depan. Ove memundurkan
Saab ke dalam garasi. Menutup pintu garasi. Memindahkan
persneling ke posisi netral tanpa mematikan mesin.
Merasakan asap knalpot perlahan-lahan memenuhi garasi
dan memandang selang plastik yang tergantung di dinding.
Selama beberapa menit, yang terdengar hanyalah napas
si kucing dan letupan-letupan berirama mesin mobil. Ini
akan mudah, hanya duduk di sana dan menanti yang tak
terhindarkan. Ove tahu, inilah satu-satunya hal yang logis.
Kini dia telah menantikannya untuk waktu yang lama.
Bagian penghabisan. Dia begitu merindukan Sonja sehingga
terkadang tidak sanggup berada di dalam tubuhnya sendiri.
Ini akan menjadi satu-satunya hal yang rasional, hanya duduk
saja di sini hingga asap knalpot menidurkan dirinya dan si
kucing, dan mengakhiri semuanya.
Namun, kemudian Ove memandang si kucing. Dan dia
mematikan mesin.
279