Page 288 - A Man Called Ove
P. 288
Fredrik Backman
mengharapkan mereka untuk berubah menjadi robot-robot
pembunuh kecil. Tentu saja tidak. Ove tidak terkesan. Dia
tidak begitu paham bagaimana bulatan-bulatan putih kecil
itu bisa mencederainya, tak peduli seberapa banyak yang
ditelannya. Si kucing kedengaran seakan meludahkan salju
ke seluruh pintu depan rumah Ove. Tapi kemudian, hewan
itu disela oleh suara lain yang benar-benar berbeda.
Seekor anjing menyalak.
Ove mendongak. Hening selama beberapa detik, lalu dia
mendengar si kucing melolong kesakitan. Lalu salak anjing
lagi. Dan si Ilalang Pirang meneriakkan sesuatu.
Ove berdiri di sana sambil mencengkeram wastafel.
Memejamkan mata seakan bisa melenyapkan suara itu. Tidak
berhasil. Lalu pada akhirnya, dia mendesah dan menegakkan
tubuh. Dia membuka tutup botol, memasukkan kembali pil-pil
itu ke dalamnya. Menuruni tangga. Ketika melintasi ruang
duduk, dia meletakkan botol itu di jendela. Dan, lewat jendela,
dia melihat si Ilalang Pirang berada di jalanan, membidik,
lalu bergegas menghampiri si kucing.
Ove membuka pintu, persis ketika perempuan itu hendak
menendang kepala si kucing dengan segenap kekuatannya.
Si kucing cepat-cepat menghindari tumit setajam jarum dan
mundur menuju gudang perkakas Ove. Anjing kampung
menggeram histeris dengan ludah berhamburan ke sekeliling
kepalanya, seakan dia adalah hewan yang tertular rabies.
Ada bulu di rahangnya. Ove memperhatikan, seingatnya,
ini kali pertama dia melihat si Ilalang tanpa kacamata
hitamnya. Kebengisan berkilau di mata hijau perempuan
itu. Dia mundur, bersiap menendang lagi, lalu melihat Ove
283