Page 292 - A Man Called Ove
P. 292

Fredrik Backman

              menjadi tua; sangat, sangat tua, pikir Ove menyadari, dan
              langsung terpikir olehnya bahwa dia sama sekali tidak
              menduga. Sejenak mata Rune berkejap-kejap. Lalu bibirnya
              mulai berkedut.

                  “Ove?” teriaknya.
                  “Ya, wah … yang pasti aku bukan Sri Paus,” jawab Ove.

                  Kulit menggelambir di wajah Rune perlahan-lahan
              merekah membentuk senyuman. Kedua lelaki itu, yang pernah
              menjadi sedekat yang bisa dilakukan oleh jenis lelaki seperti
              mereka, bertatapan. Salah seorang dari mereka adalah lelaki
              yang menolak melupakan masa lalu, dan yang seorang lagi
              adalah lelaki yang benar-benar tidak bisa mengingat masa lalu.
                  “Kau tampak tua,” kata Ove.
                  Rune menyeringai.

                  Lalu suara cemas Anita terdengar dan, pada momen
              berikutnya, kaki kecilnya berderap secepat kilat menuju pintu.
                  “Ada orang di pintu, Rune? Sedang apa kau di sana?”
              teriaknya ketakutan ketika muncul di ambang pintu. Lalu
              dia melihat Ove.
                  “Oh … halo, Ove,” sapa  Anita. Lalu mendadak dia
              terdiam.

                  Ove berdiri di sana dengan tangan di dalam saku. Si
              kucing di sampingnya tampak seakan hendak melakukan
              hal yang sama, seandainya dia punya saku. Atau tangan.
              Anita tampak kecil dan pucat dalam celana panjang kelabu,
              kardigan rajutan kelabu, rambut kelabu, dan kulit kelabu.
              Namun Ove melihat matanya sedikit merah dan sembap.
              Cepat-cepat Anita mengusap mata dan mengerjap-ngerjap

                                        287
   287   288   289   290   291   292   293   294   295   296   297