Page 311 - A Man Called Ove
P. 311
A Man Called Ove
“Karena kau akan mendapatkan SIM yang layak!” sela
Ove, dengan menekankan kata “layak” untuk menjelaskan
bahwa SIM mobil bertransmisi otomatis bisa disebut “SIM
yang layak” hanya jika mobil bertransmisi otomatis pantas
disebut “mobil yang layak”.
“Berhentilah meneriakiku!” teriak Parvaneh.
“Aku tidak berteriak!” balas Ove.
Si kucing bergelung di kursi belakang, jelas tidak ingin
berakhir di tengah kesemuanya ini, apa pun itu. Parvaneh
bersedekap dan melotot ke luar jendela samping. Ove
memukul-mukulkan tongkat kertasnya ke telapak tangan.
“Pedal di ujung kiri adalah kopling,” gerutunya pada
akhirnya.
Setelah menghela napas begitu dalam, hingga harus
berhenti di tengah jalan untuk beristirahat sebelum menghela
napas lagi, Ove melanjutkan:
“Pedal di tengah adalah rem. Pedal di ujung kanan adalah
gas. Kau melepaskan pedal kopling perlahan-lahan hingga
terasa mulai bekerja, lalu menekan pedal gas, melepas pedal
kopling, dan mobil mulai bergerak.”
Parvaneh seakan menerima perkataan ini sebagai
permintaan maaf. Dia mengangguk dan berubah tenang.
Mencengkeram setir, menyalakan mesin mobil, dan mengikuti
instruksi Ove.
Saab itu menyentak maju dengan sedikit melonjak, lalu
berhenti sebelum melontarkan diri diiringi raungan keras
menuju area parkir tamu dan nyaris menabrak mobil lain.
Ove menarik rem tangan. Parvaneh melepaskan setir dan
306