Page 315 - A Man Called Ove
P. 315
A Man Called Ove
“Dasar bajingan kecil tolol!” teriak Ove di wajah pemuda
berkepala plontos dengan tato leher itu, sementara ludahnya
berjatuhan di kursi depan.
Tato Leher tidak punya waktu untuk menjawab dan Ove
juga tidak menunggunya menjawab. Dia mencengkeram kerah
pemuda itu dan menariknya begitu kencang hingga tubuhnya
berguling keluar dari mobil dengan canggungnya. Pemuda
itu berotot, bobot tubuhnya pasti seratusan kilogram, tapi
Ove mencengkeram kerahnya erat-erat.
Jelas, Tato Leher sangat terkejut dengan kekuatan
cengkeraman lelaki tua itu sehingga tidak terpikir olehnya
untuk melawan. Kemarahan tampak membakar mata Ove
ketika dia menekankan pemuda yang mungkin lebih muda
tiga puluh lima tahun darinya itu begitu keras ke sisi jip,
hingga lambung mobil itu berderak. Ove meletakkan ujung
telunjuknya di tengah kepala plontos itu dan menempatkan
matanya begitu dekat dengan wajah Tato Leher sehingga
mereka bisa saling merasakan napas satu sama lain.
“Jika kau membunyikan klakson sekali lagi, maka itu
akan menjadi hal TERAKHIR yang kau lakukan di dunia
ini. Mengerti?”
Leher Tato melirik cepat ke arah temannya yang sama-
sama berotot di dalam mobil, lalu ke arah antrean mobil
lain yang semakin panjang di belakang jip. Tak seorang pun
beringsut sedikit pun untuk membantunya. Tak seorang
pun membunyikan klakson. Tak seorang pun bergerak.
Semua orang seakan memikirkan hal yang sama: jika, tanpa
sedikit pun keraguan, lelaki tanpa tato leher seusia Ove bisa
melawan lelaki bertato leher seusia si Leher Tato ini, lalu
310