Page 316 - A Man Called Ove
P. 316
Fredrik Backman
menekankan pemuda itu ke mobil dengan cara seperti itu,
maka kemungkinan besar bukan lelaki bertato leher yang
harus paling dikhawatirkan karena membuatnya jengkel.
Mata Ove tampak gelap diselubungi kemarahan. Setelah
merenung sejenak, si Tato Leher tampak yakin bahwa lelaki
tua itu jelas sangat serius. Ujung hidungnya yang nyaris tak
terlihat bergerak naik turun.
Ove mengangguk menegaskan dan membiarkan pemuda
itu terjatuh kembali ke tanah. Lalu dia berbalik, berjalan
meninggalkan jip itu, dan kembali memasuki Saab. Parvaneh
menatapnya dengan mulut ternganga.
“Sekarang dengarkan aku,” kata Ove tenang sambil
menutup pintu dengan cermat. “Kau telah melahirkan dua
anak dan sebentar lagi akan melahirkan anak ketiga. Kau
datang kemari dari negeri yang jauh dan kemungkinan besar
kau kabur dari perang, penganiayaan, dan segala macam
omong kosong lainnya. Kau telah mempelajari bahasa baru
dan mendapatkan pendidikan, dan kau menyatukan sebuah
keluarga yang jelas tidak kompeten. Jadi, aku akan terkejut
jika pernah melihatmu merasa takut terhadap satu hal sialan
saja di dunia ini.”
Ove memandang tajam mata Parvaneh. Perempuan itu
masih ternganga. Dengan galak Ove menunjuk pedal-pedal
di bawah kaki Parvaneh.
“Aku tidak memintamu melakukan bedah otak. Aku
memintamu untuk menyetir mobil. Mobil itu punya gas, rem,
dan kopling. Beberapa orang paling tolol dalam sejarah dunia
memahami cara kerjanya. Jadi, kau akan paham juga.”
311