Page 312 - A Man Called Ove
P. 312
Fredrik Backman
berteriak panik, menutupi mata dengan tangan hingga
Saab itu akhirnya berhenti secara mendadak. Ove terengah-
engah seakan harus berjalan menuju rem tangan dengan
memaksakan diri melintasi lapangan-rintangan militer.
Otot-otot wajahnya berkedut seperti orang yang matanya
disemprot jus lemon.
“Kini apa yang harus kulakukan?” teriak Parvaneh ketika
menyadari bahwa Saab itu hanya berjarak dua sentimeter
dari lampu depan mobil di depannya.
“Mundur. Kau memasukkan persneling mundur,” kata
Ove dengan gigi digertakkan.
“Aku hampir menabrak mobil itu!” teriak Parvaneh
terengah-engah.
Ove mengintip ujung kap mobil. Lalu, secara mendadak
wajahnya diliputi semacam ketenangan. Dia berpaling
dan mengangguk kepada Parvaneh, tanpa sedikit pun
menunjukkan emosi.
“Tidak apa-apa. Itu Volvo.”
Perlu waktu lima belas menit bagi mereka untuk keluar
dari area parkir dan memasuki jalan raya. Begitu mereka
berada di sana, Parvaneh masuk ke persneling satu hingga
Saab itu bergetar seakan hendak meledak. Ove menyuruhnya
mengganti persneling dan dia menjawab tidak tahu caranya.
Mendadak si kucing seperti berupaya membuka pintu
belakang.
Ketika mereka tiba di lampu merah pertama, sebuah jip
hitam besar dengan dua pemuda berkepala plontos di kursi
depan berhenti begitu dekat dengan bemper belakang Saab,
307