Page 396 - A Man Called Ove
P. 396

Fredrik Backman

                  Parvaneh mengangguk. Namun persis ketika mereka
              sedang dalam perjalanan keluar lewat pintu, dia mem-
              perhatikan sesuatu di ruang duduk Ove dan langsung berhenti
              berjalan. Ove berdiri di ambang pintu, tapi dia tahu sekali
              apa yang sedang ditatap Parvaneh.

                  “Itu …. Bah! Persetan, itu bukan sesuatu yang istimewa,”
              gumamnya sambil berupaya memanggil Parvaneh agar keluar.
                  Ketika perempuan itu tidak sanggup beranjak, Ove
              menendang keras pinggiran kerangka pintu.

                  “Benda itu hanya mengumpulkan debu.  Aku
              mengampelas, memperbaiki, dan memberinya lapisan pernis
              lagi. Itu saja. Sialan. Itu bukan masalah besar,” gumamnya
              jengkel.
                  “Oh, Ove,” bisik Parvaneh.
                  Ove menyibukkan diri, memeriksa ambang pintu dengan
              beberapa tendangan.

                  “Kita bisa mengampelas dan mengecatnya kembali
              dengan warna dadu. Maksudku, jika bayinya ternyata
              perempuan,” gumamnya.
                  Ove berdeham.
                  “Atau, jika bayinya ternyata laki-laki. Sekarang ini bocah
              laki-laki boleh mendapat warna dadu, bukan?”

                  Parvaneh memandang ranjang bayi biru muda itu, sebelah
              tangannya menutupi mulut.
                  “Jika kau sekarang mulai menangis, kau tidak boleh
              memilikinya,” ujar Ove mengingatkan.





                                        391
   391   392   393   394   395   396   397   398   399   400   401