Page 124 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 124

www.rajaebookgratis.com





               "Berikan ke Delima dan Juwita, hadiah dariku. Dari paman setengah-setengahnya.... Kalau
               kau tidak keberatan, bisikkan ke telinga-telinga kecil mereka, selamat datang di dunia yang
               indah."
                   Sejak saat itu, Yashinta sedikit banyak menyadari beberapa hal. Cerita-cerita hebat masa
               kecil  Goughsky  benar.  Ayahnya  yang  bekerja  di  Siberia,  salah-satu  teknisi  pengeboran
               ladang  minyak  di  sana.  Sebelumnya,  ayah  Goughsky  pemah  kerja  di  pengilangan  minyak
               Arun,  Aceh,  makanya  menikah  dengan  wanita  Indonesia.  Sayang,  tragedi  badai  salju
               menghabisi komplek ladang minyak di Siberia. Meninggalkan Goughsky yang baru berumur
               enam  tahun.  Yatim  piatu.  Dibesarkan  kerabat  di  pinggiran  hutan  salju.  Makanya  pemuda
               Uzbek  iiu  jauh  lebih  tangguh  dan  tahu  lebih  banyak  tentang  kehidupan  liar  dibandingkan
               Yashinta. Cerita soal memiting beruang salju raksasa itu benar adanya.
                   Fase  sosialisasi  proyek kepada  penduduk lokal  juga membuat Yashinta menyadari sisi
               lain Goughsky. Pemuda bule itu memang tidak   sok akrab, sok alim, dan sok sebagainya.
               Penduduk  yang  suka  sekali  menangkapi  elang  jawa  itu  jauh  lebih  menyukai  Goughsky
               dibandingkan peneliti lokal lainnya. Mereka lebih menurut dengan kalimat-kalimat pemuda
               Uzbek  itu. Yang  meski saat memberikan penyuluhan,  intonasi  melayunya  masih terdengar
               agak ganjil.
                   Dan  yang  lebih  penting  lagi,  tentu  saja  Yashinta  mulai  menyadari  kalau  mahkluk
               setengah-setengahnya itu cukup tampan. Menatap mata birunya....
                   Jadi sejak itu, Yashinta dan Goughsky mulai terlihat rukun, membuat rekan peneliti lokal
               lainnya lebih sering menggoda,
               "Kalian sejak kapan pacaran?" Maka Yashinta akan melotot marah.
               "Apa  kubilang  dulu?  Bertengkar  sekarang,  bersenang-senang  kemudian!"  Kalau  yang  ini,
               Goughsky ikutan melempar spidol. Membuat yang lain semakin semangat menggoda.
                   Seminggu  berlalu,  Mr  dan  Mrs  Yoko  kembali  ke  London  dengan  setumpuk  progress
               report, Yashinta  baru tahu, saat Goughsky kuliah di Belanda,  Mr dan Mrs Yoko-lah  yang
               menjadi  sponsor,  sekaligus  menjadi  anak  angkat  pasangan  tersebut.  Jadi  tidak  mungkin
               Goughsky sibuk mencari perhatian untuk mendapatkan dana penelitian kepada keluarga kaya
               itu.  Justru  sebenarnya,  Goughsky  lah  yang  merekomendasikan  keluarga  Yoko  untuk
               mendanai penelitiannya,
                   Memasuki  bulan-bulan  terakhir  proyek  konservasi  mereka,  kedekatan  Yashinta  dan
               Goughsky  sudah  sedemikian  rupa  berubah.  Tidak  ada  lagi  seruan-seruan  sebal.  Teriakan-
               teriakan marah. Jawaban-jawaban ketus. Bagaimana tidak? Saat Goughsky harus presentasi
               ke London, Yashinta justru uring-uringan di basecamp, Bosan. Tidak seru. Tidak ada yang
               jahil dan mengajaknya bertengkar. Selama dua minggu tidak ada yang menatapnya seperti
               anak kecil keras kepala. Tidak ada yang mentertawakannya.
                   Benar-benar tidak ada. Terasa sepi.
                   Ah,  si  bungsu  keluarga  Lembah  Lahambay,  yang  dulu  muka  imut  menggemaskan
               miliknya begitu riang menatap berang-berang mandi di sungai, yang suka sekali berlarian di
               lereng lembah, akhimya jatuh cinta. Maka tersipu malulah Yashinta saat kolega peneliti lokal
               bilang,
               "Gough,  selama  kau  pergi  dua  minggu....  Kau  tahu,  ada  yang  selalu  berdiri  di  menara  9
               malam-malam, menatap bulan lamat-lamat, berharap menemukan wajahmu."
               Yashinta menimpuk rekan kerjanya dengan sepatu.

               42
               BIDADARI - BIDADARI SURGA
               "KAU ada di Four Seasons Hotel, Miss Headstone. Kamar suite terbaik  yang kami miliki.
               Aku manajer hotel ini, ada yang bisa kubantu?"
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129