Page 83 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 83

www.rajaebookgratis.com





               "Jangan paksa Dali menikah.... Jangan paksa Dali...."
               "Tidak  ada  yang  memaksamu!  TIDAK  ADA!  Tapi  jika  kau  tetap  keras  kepala,  kau  akan
               kehilangan  Cie  Hui  selamanya.  Kau  mencintainya,  Cie  Hui  juga  amat  mencintai  kau  dan
               keluarga  kita!  Kau  akan  membuat  semuanya  binasa  dengan  segala  kekeras-kepalaan  dan
               omong-kosong melintas itu..." Kak Laisa berkata serak.
               "Dali tidak akan menikah sebelum —"
               "Kau jangan membantah kakak, DALI!"
               Suara  Laisa  yang  meninggi  tersedak  diujungnya.  Bergetar.  Tubuhnya  menggigil  menahan
               sesak perasaan. Ya Allah, ia sungguh tidak pernah sampai hati membentak adik-adiknya,...
                   Yashinta sudah menangis sambil memeluk Mamak.
                   Malam itu pembicaraan tersebut berakhir sia-sia.
                   Dalimunte  tetap  tak  kuasa  mengambil  keputusan.  Dia  terlalu  menghargai  Kak  Laisa.
               Mengalahkan akal sehat atas pendidikan hebat yang diterimanya selama ini Kak Laisa sudah
               melakukan banyak hal untuk mereka, jadi amat tidak adil jika dia mempermalukan Kak Laisa
               dengan melintas. Malam itu, saat hujan menderas, Cie Hui menangis menuruni anak tangga.
               Keluar dari kamamya. Berlari menerabas hujan. Amat mengharukan melihatnya. Sementara
               Dalimunte  hanya  tertunduk  diam  seribu  bahasa.  Ikanuri  dan  Wibisana  mengantar  Cie  Hui
               pulang ke kota  kecamatan. Tidak ada. Harapan  itu benar-benar sirna. Perjodohan  itu  akan
               terjadi. Malam itu, di antara suara guntur menggelegar, Cie Hui kembali ke kota kecamatan
               membawa pusara hatinya. Menyisakan senyap di ruang depan rumah panggung.
                   Mamak  akhirnya  tak  kuasa  menahan  tangis.  Itu  tangisan  pertama  sejak  Babak  dulu
               meninggal. Memeluk Kak Laisa dan Yashinta erat-erat. Mamak tahu. Tahu betapa Kak Laisa
               menanggung  separuh  beban  keluarga  ini  sejak  kecil.  Menciumi  wajah  Kak  Laisa  (yang
               matanya juga berkaca-kaca).

               27
               SESEDERHANA ITU
               PUKUL EMPAT dini hari. Laisa sendirian berdiri di lereng kebun strawberry.
                   Menatap gemerlap cahaya bintang dan bulan separuh. Akhirnya setelah nyaris enam jam
               hujan deras itu terhenti. Awan hitam menggumpalnya habis sudah menumpahkan air. Yang
               lain sudah jatuh tertidur di kamar. Ikanuri dan Wibisana tidak bicara banyak selepas pulang
               dari kota kecamatan. Kalau dua sigung nakal itu saja ikut tersentuh secara emosional dalam
               urusan ini, apalagi yang lain, Yashinta, enam jam lalu di ruang tengah rumah, malah berseru
               tertahan  soal  betapa  keras  kepalanya  Dalimunte.  Betapa  Dalimunte tega  membuat  Mamak
               dan Kak Laisa menangis. Lantas lari masuk kamar. Membanting pintu keras-keras.
               "Boleh aku bergabung—"
               Laisa menoleh. Menatap datar Dalimunte yang mendekat. Sejenak diam. Lantas tersenyum.
               Mengangguk.
                   Dua kakak adik itu berdiri bersisian. Tubuh gempal Laisa hanya sedada tinggi Dalimunte.
               Menatap hamparan pohon strowberry yang sedang berbuah. Merah ranum. Minggu-minggu
               ini panen besar.
               "Maafkan Dali yang keras kepala—" Dalimunte berkata pelan.
               Laisa menoleh. Mengangguk. Tidak. Ia tidak ingin membicarakan keributan enam jam lalu.
               Ia tidak bisa memaksa Dalimunte. Mereka bukan kanak-kanak lagi seperti dulu.
               "Apakah Kak Laisa marah?"
               Laisa  menggeleng. Menggenggam erat lengan  Dalimunte.
               "Aku tidak akan memukulmu dengan rotan, Dali—"
               Tertawa kecil.
               Senyap sejenak.
               "Boleh. Bolehkah Dali bertanya sesuatu?"
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88