Page 87 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 87

www.rajaebookgratis.com





               29
               PERNIKAHAN PERTAMA
               PERNIKAHAN Dalimunte - Cie Hui berlangsung satu bulan kemudian.
                   Pernikahan  yang  meriah.  Halaman  luas  rerumputan  itu  dipasang  dua  tenda  besar.
               Penduduk  empat  desa  di  Lembah  Lihambay  ramai  memenuhi  kursi-kursi.  Tidak  terhitung
               kolega Dalimunte darii bukota. Saat itu dia belum mendapatkan gelar profesor, tapi berbagai
               penelitian yang dilakukannya telah membuat Dalimunte terkenal. Juga tamu-tamu dari kota
               kecamatan,  kota  kabupaten,  hingga  kota  provinsi,  kenalan  Kak  Laisa  dalam  bisnis
               perkebunan strawberry. Di salah satu kursi undangan bahkan duduk rapi Bupati setempat.
                   Tetapi  ada  yang  sedikit  berbeda  dibandingkan  dengan  banyak  pernikahan  di  lembah
               tersebut  sebelumnya.  Wak  Burhan  beberapa  hari  sebelum  acara  berlangsung  meminta
               penduduk  kampung  untuk  tidak  membicarakan  soal  melintas.  Tidak  sibuk  menggoda  Kak
               Laisa soal kapan ia akan menikah juga. Urusan ini tidak pantas dibicarakan. Tidak buat Laisa
               yang  telah  melakukan  banyak  hal  untuk  lembah  mereka.  Jadi  pernikahan  itu  berlangsung
               'sebagai mana mestinya'.
                   Dalimunte dan Cie Hui terlihat amat bahagia,  meski  saat selesai  ijab-kabul,  Dalimunte
               dan  Cie  Hui  menangis  lama  memeluk  Kak  Laisa,  berbisik  ribuan  kata  maaf  (lebih  lama
               dibanding  saat  bersimpuh  di  pangkuan  Mamak).  Membuat  yang  lain  terdiam.  Menghela
               nafas. Meski tidak ada yang jahil membicarakannya, setnua orang tahu, melintas macam ini
               sungguh di luar kebiasaan kampung.
                   Dalimunte dan Cie Hui menghabiskan masa-masa bulan madu di perkebunan strawberry,
               baru lepas satu bulan kemudian mereka kembali ke ibukota, memulai kemball kesibukan di
               laboratorium. Ikanuri dan Wibisana kembali ke kota provinsi seminggu setelah pernikahan,
               mereka semakin sibuk dengan bengkel modifikasi mobil. Berencana membangun pabrik kecil
               di luar pulau, di kota yang lebih besar. Mengejar ambisi besar mereka: pembuat spare-part
               mobil balap. Yashinta juga segera kembali ke kota provinsi, minggu-minggu depan ia mulai
               menyiapkan ujian tugas akhir kuliahnya.
                   Meninggalkan Kak Laisa dan Mamak Lainuri di perkebunan strawberry. Seperti selama
               ini. Bedanya, di keluarga itu sudah terjadi pernikahan pertama. Entahlah apa yang sejatinya
               dipikirkan Kak Laisa, tapi kenyataan ia sudah dilintas Dalimunte tetap fakta hidup yang harus
               diterimanya.  Dan  seperti  biasa,  semuanya  terlihat  baik-baik  saja.  Kak  Laisa  juga  kembali
               menyibukkan  diri  dengan  pembangunan  pusat  pengalengan  baru  di  kota  provinsi.  Sering
               berpergian,  bolak-balik.  Mengurus  perkebunan  yang  semakin  luas.  Mulai  melibatkan
               penduduk kampung atas dan kampung-kampung lainnya. Menjadikan mereka petani cluster
               dari bisnis tersebut.
                   Kak Laisa dan Mamak Lainuri mungkin tidak akan pernah kesepian, karena meski jadwal
               pulang bersama yang lain hanya dua bulan sekali, perkebunan itu tetap ramai oleh pekerja,
               anak-anak  tetangga,  juga  remaja  tanggung  lainnya  yang  sibuk  membantu  selepas  pulang
               sekolah.  Ramai  bermain-main  di  hamparan  rumput  rumah.  Kak  Laisa  juga  sering  kali
               menghabiskan  malam  dengan  bermain  kembang  api  bersama  mereka.  Mendirikan  taman
               bacaan. Dan memberikan berbagai kesempatan bagi anak-anak lembah lainnya untuk belajar
               dan bermain yang tidak pernah ia dapatkan waktu kecil. Tapi di luar seluruh kegiatan hebat
               tersebut, tetap tidak ada yang tahu seberapa sepi hidup Kak Laisa.
                   Lepas pernikahan Dalimunte, penduduk setempat juga sudah jauh berkurang menggoda
               Laisa. Mereka sekarang lebih banyak prihatin, sebagian besar malah mulai terbiasa. Hanya
               Wak Burhan  yang  masih terus  sibuk  mencarikan Laisa Jodoh. Percuma. Semua  itu seperti
               menjadi kesia-siaan besar.
                   Dalimunte selepas pulang ke ibukota juga sibuk mencarikan jodoh buat kakaknya. Kali
               ini dia melakukannya dengan sungguh-sungguh, sekali dua malah mengorbankan jadwal di
               laboratorium. Dalimunte memutuskan untuk melibatkan diri seperti Wak Burhan. Di tengah
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92