Page 89 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 89

www.rajaebookgratis.com





               tetangga sekitar, dan sebagainya. Jadi kenapa harus mempersoalkan kecantikan? Bukankah
               itu hanya ada di urutan keempat?
               "Keluarga yang baik hanya dapat terjadi ketika suami merasa senang menatap istrinya, Dali.
               Merasa tenteram —"
               Kak  Laisa berkata pelan,  menatap gumpalan awan tipis  yang  menutupi  bintang-gemintang
               dan purnama.
                   Dalimunte  hanya  diam.  Seperti  biasa  mereka  menghabiskan  sepertiga  malam  terakhir
               dengan berdiri di  lereng perkebunan strawberry. Kak Laisa tidak banyak berkomentar atas
               kejadian  semalam  dan  tadi  pagi.  Seperti  biasa,  menganggapnya  kejadian  lazim  berikut.
               Bukankah  selama  ini  juga  perjodohan  yang  dilakukan  Wak  Burhan  bernasib  sama.  Yang
               dijodohkan  mundur  teratur  setelah  melihatnya  (satu  dua  malah  kasar  segera  pergi  dari
               rumah).  Dalimunte  saja  yang  terlalu  naif  berharap  banyak  atas  kenalannya  tersebut,  tidak
               proporsional, tertipu tampilan mutut. Kesalehan mulut.
               "Kau tahu, jika suami merasa tersiksa melihat wajah dan fisik istrinya, dan juga sebaliknya,
               mereka tidak akan pernah menjadi keluarga yang baik. Bukankah kau juga tahu kisah tentang
               sahabat  Nabi,  yang  meminta  bercerai  karena  fisik  dan  wajah  pasangannya  tidak
               menenteramkan hatinya—" Laisa tetap berkata ringan.
                   Dalimunte  menelan  ludah,  menatap  lamat-lamat  wajah  Kak  Laisa.  Tahun-tahun  itu,
               Dalimunte  sudah  mulai  sibuk  dengan  berbagai  penelitian  tentang  transkripsi  religius,  jadi
               bagaimana  mungkin dia tidak tahu  berbagai kisah tersebut. Dia tahu. Dia  juga tahu persis
               kalimat bijak kalau: ketika  salah satnnya  justru memutuskan untuk bersabar atas pasangan
               yang  tidak  beruntung  dari  tampilan  wajah  dan  fisik  tersebut,  maka  surga  menjadi  balasan
               buatnya. Tidakkah hari ini, ada yang mengerti hakikat kisah tersebut.
               "Kakak tidak sakit hati?" Dalimunte berusaha melepas senyap di hatinya.
               "Kenapa harus sakit hati, Dali?" Kak Laisa melambaikan tangan.
               Dalimunte menunduk. Mengusir rasa sesalnya atas kejadian ini.
               "Tetapi  yang  membuat  Kakak  bingung,  kenapa  kenalanmu  itu  tetap  datang  meski  telah
               melihat foto-foto, Kakak?" Kak Laisa tersenyum, mengenggam lengan Dalimunte.
                   Dalimunte hanya diam.
               Itu salahnya!

               30
               PERJODOHAN - PERJODOHAN
               "INTAN, ajak adik-adikmu!" Cie Hui berkata pelan.
                   Intan tak perlu disuruh dua kali, menggamit tangan Juwita dan Delima. Turun dari tempat
               tidur. Itu kamar mereka bertiga. Kamar terluas di rumah panggung perkebunan strawberry,
               lantai dua. Ada tiga tempat tidur yang berjejer di dalamnya. Dulu hanya satu ranjang besar,
               tapi  karena  Intan,  Juwita  dan  Delima  sibuk  bertengkar  saat  tidur,  sibuk  saling  memukul
               guling,  Wawak  Laisa  menggantinya  dengan  tiga  ranjang  kecil.  Masing-masing  satu  (yang
               tetap saja percuma, masih tetap sibuk saling melempar bantal sebelum tidur )
                   Shubuh sekali lagi datang di Lembah Lahambay. Semburat jingga tipis menghias garis
               horizon lembah. Semalam, lepas satu jam menunggui Wawak Laisa yang tertidur, Cie Hui
               menyuruh  mereka  beranjak  tidur.  Satu  dua  tetangga  juga  mulai  pamit.  Malam  beranjak
               semakin tinggi. Pengajian Yasin di ruang depan dan surau dihentikan, besok disambung lagi.
               Penduduk kampung yang duduk-duduk di kursi halaman bertahan beberapa jam lagi. Bang
               Jogar menyuruh mereka pulang saat menjelang tengah malam.
                   Dalimunte  menunggui  Wak  Laisa  di  kamar.  Tertidur  di  kursi  sebelah  ranjang.  Eyang
               Lainuri dibimbing Wulan dan Jasmine beranjak ke kamar. Tidur. Eyang Lainuri terlalu lelah.
               Sudah seminggu terakhir kurang tidur  menunggui  Kak  Laisa  bersama dokter dan perawat.
               Malam  ini  ia  bisa  tidur  lebih  baik.  Dalimunte  yang  menggantikan  berjaga.  Kata  dokter
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94