Page 93 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 93

www.rajaebookgratis.com





               baik-baik  saja.  Kau  berlebihan.  ANAK  ITU  SUDAH  MENDAKI  27  GUNUNG  DI
               SELURUH DUNIA ....  SEMUA BAIK-BAIK SAJA! Baiklah, bilang Mamak dan Kak Laisa
               kami paling telat akan tiba malam ini...."
               Ikanuri meletakkan telepon genggam di atas meja. Meski wajahnya terlihat kusut dan cemas,
               sedetik kemudian dia akhimya bisa tersenyum.
               "Apa kata Dali?" Wibisana bertanya.
               "Kak Laisa sudah membaik. Pagi tadi sudah bisa shalat Shubuh sambil duduk. Dokter bilang,
               ada sedikit kemajuan." Wibisana ikut tersenyum, lega,
               "Apa kubilang, Kak Laisa akan baik-baik saja. la akan baik-baik saja—"
               "Tapi kata dokter, kanker paru-parunya sudah stadium IV ,"
               Ikanuri  menelan  ludah.  Senyumnya  terhapus.Stadium  IV?  Itu  berarti  tak  ada  lagi
               kemungkinan untuk operasi. Terdiam.  Wibisana melepaskan kue donut yang dipegangnya.
               Bagaimana mungkin mereka selama ini tidak tahu?
                   Umur  Laisa  hampir  empat  puluh  (tepatnya  tiga  puluh  tujuh  tahun)  ketika  akhirnya
               kesempatan baik itu datang. Kesempatan baik?
               " Kau sungguh-sungguh?" Dalimunte bertanya sekali lagi.
               "Tentu saja, Dali. Istriku juga sudah melihat foto dan bio-data Laisa. Itu akan jadi pilihan
               yang  baik  dalam  urusan  ini—"  Tersenyum.  Kolega  riset  Dalimunte  di  laboratorium  itu
               tersenyum tulus.
                   Istriku? Nah inilah yang sedikit menjadi masalah. Kolega Dalimunte tersebut, calon jodoh
               Kak Laisa kali ini, sudah beristri. Umurnya juga sudah empat puluh. Mereka sudah menikah
               lima  belas    tahun,    dan  kabar    buruknya  hingga  hari  ini  belum  mendapatkan  anak  juga.
               Istrinya,  yang  memiliki  masalah  dengan  rahim  dan  kesuburan,  memberikan  kesempatan
               kepada suaminya untuk menikah lagi.
                   Dalimunte  tahu persis kalau rekan kerjanya  tersebut sedang mencari istri kedua. Tapi
               butuh tiga bulan untuk meyakinkan, hingga akhimya menyebutkan nama Kak Laisa ke rekan
               kerjanya tersebut. Kak Laisa menjadi istri kedua? Sungguh  awalnya  Dalimunte tidak bisa
               membayangkan. Tetapi lihatlah, mungkin itu jalan keluar yang baik semua urusan ini. Setelah
               berbicara banyak dengan Cie Hui, diam-diam juga bicara dengan Wak Burhan dan Mamak
               saat jadwal rutin pulang dua bulan sekali. Keputusan itu diambil.
               "Sudah  menjadi  kodrat  manusia  hidup  berkeluarga,  Dali.  Menjadi  istri  kedua,  ketiga  atau
               keempat tidak selalu pilihan yang buruk seperti yang dibayangkan banyak orang ini. Jika ada
               alasan  yang  baik,  penjelasan  yang  baik,  itu  bisa  menjadi  jalan  keluar  yang  bijak,  bukan?
               Allah membolehkan seorang lelaki memiliki empat istri dalam waktu bersamaan jika dia bisa
               berlaku adil, tentu karena ada alasan baiknya Allah menyimpan banyak sekali rahasia dalam
               sebuah pernikahan...." Wak Burhan menghela nafas.
               "Kalau Kakakmu tidak berkeberatan, Mamak hanya bisa bilang ya,"
               Mamak memperbaiki tudung kepala (setelah terdiam lama),
               "Kau bicarakan dulu baik-baik dengan Laisa. Sampaikan dengan baik-baik...."
                   Maka  Dalimunte  segera  kembali  ke  ibukota.  Dia  berfikir  lebih  baik  berbicara  dengan
               kolega  risetnya  lebih  dulu.  Jika  semuanya  baik,  memastikan  kolega  risetnya
               tidakberkeberatan  dulu  dengan  tampilan  wajah  dan  fisik  Kak  Laisa,  maka  lebih    mudah
               membicarakannya  lebih  lanjut  dengati Laisa. Dan kabar  baik  itu  benar-benar tiba. Rekan
               kerjanya  100%  tidak  keberatan  meski  telah  melihat  foto  Kak  Laisa.  Istri  pertamanya  juga
               tidak keberatan.
               "Kau tahu,  justru istrikulah  yang menyarankan aku menikah lagi."
               Rekan kerja Dalimunte menatap lamat-lamat wajah istrinya yang duduk di sebelahnya. Itu
               kunjungan  ketiga  Dalimunte  ke  rumah  mereka  yang  asri,  sepelemparan  batu  dari  rumah
               Dalimunte dan Cie Hui.
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98