Page 96 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 96

www.rajaebookgratis.com





               jodoh, setelah sekian lama ditolak baik secara halus atau kasar sekalian, pilihan yang tersedia
               baginya ternyata hanya istri kedua? Ya Allah?
                   Hanya lengang. Tidak ada keputusan malam itu.
                   Dan juga tidak malam-malam berikutnya saat jadwal pulang.
                   Mamak tak kuasa membantu Dalimunte memberikan penjelasan kepada Kak Laisa. Wak
               Burhan  juga  meski  dulu  amat  yakin  bahwa  solusi  yang  baik  bagi  Laisa  dalam  urusan  ini
               adalah  menjadi  istri  kedua  juga  tidak  bisa  membantu  banyak.  Ikanuri  dan  Wibisana  yang
               akhirnya tahu masalah itu dari Dalimunte juga diam. Menelan ludah. Dalimunte sengaja tidak
               memberitahu  Yashinta,  karena  pasti  adik  terkecil  mereka  akan  menolak  mentah-mentah
               pilihan tersebut.
                   Empat  bulan    berlalu,  Dalimunte    terpaksa    berbohong  kepada  rekan  risetnya  saat  dia
               mulai meminta jawaban,
               "Kak  Laisa  membutuhkan  waktu  lama  untuk  memutuskan.  Aku  tidak  tahu  berapa  lama
               lagi...."
               Kabar baiknya, rekan riset Dalimunte tidak terlalu mendesak,
               "Tak  masalah,  Dali.  Laisa  memang  harus  memikirkannya  matang-matang.  Tidak  hanya
               persiapan dirinya sendiri, tapi ia juga harus mempersiapkan diri bagaimana tetangga sekitar
               akan menilainya... Kau tahu, untuk tiba di keputusan menikah lagi, kami berdua memerlukan
               waktu hampir lima tahun. Jadi aku bisa menunggu kabar baik dari Kak Laisa beberapa bulan
               lagi,"
               Tersenyum. Itu kunjungan ke  sekian kali Dalimunte ke keluarga  itu. Kali  ini  bersama Cie
               Hui. Bagaimana tetangga sekitar akan menilainya? Dalimunte terdiam lama, menelan ludah.
               Urusan ini jelas-jelas tidak lazim di Lembah Lahambay. Gadis tua saja sudah menjadi aib.
               Dilintas adiknya menikah pula. Dan sekarang satu lagi status baru Kak Laisa: istri kedua. Itu
               benar-benar tidak lazim.
                   Meski bukan jadwal rutin seharusnya, Dalimunte, Ikanuri dan Wibisana pulang lagi ke
               lembah satu minggu kemudian. Wak Burhan meninggal. Di usia 88 tahun. Proses kematian
               yang indah. Tanpa sakit. Tanpa proses. Wak Burhan meninggal saat sujud  shalat shubuh di
               surau.  Membuat jamaah bingung karena imam mereka tidak kunjung bangkit untuk duduk
               tasyahud  akhir.  Ternyata  Wak  Burhan  yang  suara  kerasnya  selalu  menghias  Lembah
               Lahambay sudah meninggal. Yashinta yang sejak kecil dulu amat dekat dengan Wak Burhan
               (karena  sering  mengadu  soal  Kak  Laisa)  ingin  memaksakan  diri  pulang.  Tapi  Dalimunte
               melarang, Yashinta sedang melakukan riset S2-nya.
               "Kata Mamak tadi sebenarnya  tidak ada yang tahu berapa persis umur Wak Burhan.... Nisan
               itu hanya sembarang menulis tahun lahir.... Mamak pun tidak tahu."
               Kak Laisa memecah sunyi lereng perkebunan. Jadwal bicara mereka penghujung malam.
               "Bagaimana Mamak akan tahu? Mamak saja tidak tahu kapan tahun lahirnya sendiri? Juga
               tanggal  lahir  kita,  bukan?  "  Dalimunte  tertawa  kecil.  Bergurau.  Itu  benar,  waktu  mereka
               mendaftar  sekolah  dulu,  mereka  mengisi  sembarang  kolom  tanggal  lahir.  Mamak  dan
               kebiasaan penduduk lembah, selalulalai untuk mencatat tanggal lahir. Mereka hanya ingat si
               anu lahir saat musim tanam tahun kapan. Musim penghujan tahun kapan, musim paceklik,
               dan seterusnya. Tidak ada yang mencatat detail hingga hari dan bulan.
               "Wak Burhan terlihat senang sekali tahun-tahun terakhir meski hidup sendiri.... Dia bangga
               sekali  dengan  penghidupan  pang  baik  di  lembah.  Dia  juga  bangga  sekali  denganmu,
               Dalimunte.  Berkali-kali  bilang  ke  anak-anak  yang  belajar  ngaji  di  surau  soal  pentingnya
               sekolah, 'Biar kalian bisa jadi Oom Dalimunte yang hebat. Sering masuk tipi' — "
               Kak Laisa tersenyum, menatap langit cerah, mengenang masa-masa lalu itu.
                   Semua  penduduk  lembah  tahu,  Wak  Burhan  meski  menikah  dua  kali,  hampir
               menghabiskan hidupnya sendiri. Istri muda (istri kedua) Wak Burhan yang dulu menikah di
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101