Page 101 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 101
www.rajaebookgratis.com
mewarisi tabiat keras-kepala Ikanuri dan Wibisana. Hari ini tiba di kota provinsi setelah
penerbangan transit (Hongkong, Singapore dan Jakarta) dari Belanda. Benar-benar kebetulan
yang menyenangkan. Mamak dan Dalimunte menjemput di bandara. Sementara Kak Laisa
menemani Cie Hui di perkebunan.
Lihatlah, gadis itu terlihat begitu cantik saat keluar dari pintu kedatangan. Wajahnya
sedikit memerah di terpa matahari terik. Mengenakan sweater hijau. Dengan syal sewarna
Yashinta mirip sudah dengan putri-putri negeri bersalju. Kuncir rambut panjangnya
bergoyang-goyang. Sedikit berlari menghambur ke Mamak, berpelukan. Menangis. Dua
tahun lebih Yashinta tidak pulang. Hanya telepon. Jadi setelah sekian lama rasa rindu itu
menggumpal, pertemuan ini amat mengharukan, Dalimunte mengacak-acak rambut adiknya.
Tertawa (sebenarnya menahan rasa harunya).
Mereka tidak langsung berangkat meski Yashinta sudah tiba. Masih menunggu setengah
jam lagi. Pesawat dari kota seberang pulau, yang membawa Ikanuri dan Wibisana. Dua
sigung nakal itu juga pulang. Kejutan. Benar-benar kejutan saat dua sigung tersebut keluar
dari pintu kedatangan. Karena mereka tidak datang hanya berdua.
Ikanuri dan Wibisana sudah punya bengkel besar di kota seberang pulau. Malah menurut
Ikanuri beberapa waktu lalu, mereka merencanakan untuk mulai membuat pabrik spare-part,
suku cadang. Bisnis dan kehidupan mereka sudah amat matang. Beberapa tahun terakhir, Kak
Laisa juga sudah sering bertanya kapan mereka akan menikah. Sama seperti saat menasehati
Dalimunte dulu,
"Kalian tidak perlu menunggu kakak, tidak perlu— "
Berbeda dengan Dalimunte yang kisah cintanya diketahui massal satu keluarga (juga satu
lembah), Ikanuri dan Wibisana amat tertutup soal ini. Saat itu tidak ada yang tahu, dua sigung
nakal itu bahkan telah membuat calon pasangan masing-masing menunggu lebih lama
dibandingkan Cie Hui. Tanpa kepastian. Bahkan tanpa kesempatan sedikitpun untuk
mengenal keluarga di perkebunan strawberry.
Tidak ada yang pernah menyangka, dua sigung yang dulu amat bebal, keras kepala, dan
selalu melawan Kak Laisa, bertahun-tahun terakhir berkutat dengan masalah: tidak akan
menikah sebelum Kak Laisa menikah. Bagaimana mungkin Kak Laisa akan dilintas untuk
yang kedua dan ketiga kalinya? Itu benar-benar akan menyakiti perasaan Kak Laisa. Maka
mereka membuat calon pasangannya menunggu selama tujuh tahun terakhir ini. Dikenalkan
pun tidak. Lebih lama dibandingkan Dalimunte dan Cie Hui.
Namun sejak kejadian perjodohan yang urung itu. Calon pasangan mereka yang mulai
serius memaksa. Bahkan orang tua masing-masing juga ikutan meminta kepastian, hari ini,
benar-benar kejutan. Lihatlah, Ikanuri dan Wibisana datang bersama Wulan dan Jasmine.
Berjalan bersisian di pintu kedatangan bandara, mendekat. Membuat Dalimunte,Mamak, dan
Yashinta tercengang. Dua sigung itu akhirnya memutuskan memperkenalkan Wulan dan
Jasmine.
Maka lebih tercengang lagi saat ikanuri dan Wibisana bilang mereka sudah saling
mengenal sejak masih kuliah.
"Kalian tidak memberitahu kami soal hubungan kalian sudah selama itu?"
Dahi Dalimunte terlipat, menggelengkan kepala.
"Waktu Kak Ikanuri dan Kak Wibisana wisuda dulu, kenapa Yash tidak dikenalkan
sekalian?" Yashinta menyela.
Wibisana hanya mengangkat bahu. Ikanuri memegang stir mobil modifikasi hanya tertawa
kecil.Maka perjalanan enam jam menuju perkebunan benar-benar menjadi tidak terasa.
Banyak sekali potongan romantisme Dalimunte dan Cie Hui. Wulan dan Jasmin tipikal gadis
yang menyenangkan. Cantik. Berpendidikan. Dari keluarga yang terhormat. Mereka berdua
masih sepupu satu sama lain. Ikanuri dan Wibisana meski bukan saudara kembar, tapi
kesamaan diantara mereka melebihi kembar identik. Bukan hanya soal wajah dan tampilan