Page 102 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 102

www.rajaebookgratis.com





               fisik yang sama (hanya dibedakan bekas luka di pelipis), cerita asmara mereka juga mirip.
               Mengenal Wulan dan Jasmine di hari yang sama. Menyampaikan perasaan di hari yang sama.
               Menghabiskan waktu bersama di hari yang sama. Di kejar orang tua Wulan dan Jasmine di
               hari  yang  sama  (karena  mereka  jahil  bergaya  pemuda  benua  amerika  latin,  bermain  gitar,
               bernyanyi keras-keras di depan pintu rumah Wulan dan Jasmine saat menyatakan perasaan).
               Dan berbagai kesamaan lainnya.
                   Cerita-cerita itu membuat perjalanan menuju perkebunan strawberry ramai. Ramai oleh
               celetukan Yashinta.
               "Dulunya Yash pikir, tidak akan ada wanita di dunia ini yang menyukai Kak Ikanuri dan Kak
               Wibisana. Ternyata masih ada ya—"
               Yashinta nyengir, menggoda. Dan seperti biasa, tangan Ikanuri terangkat, bersiap menjitak.
                   Senja tiba, langit jingga, mobil balap modifikasi itu pelan memasuki hamparan perkebunan
               strawberry.
                   Satu minggu  berjalan  meriah. Penuh seruan  jahil nan  menggoda Yashinta. Seruan Kak
               Laisa  yang  senang  melihat  Wulan  dan  Jasmine.  Penjelasan-penjelasan.  Meski  di  sana-sini
               bercampur  dengan  ketegangan.  Cemas.  Dan  Rusuh.  Cie  Hui  melahirkan  di  hari  kelima
               mereka berkumpul. Lebih cepat lima hari dari jadwal.
               "Ini  pasti  gara-gara  Yash  terlalu  banyak  tertawa,  anaknya  jadi  tak  sabaran  ingin  keluar."
               Ikanuri berlarian menghidupkan mobil, Dalimunte terhuyung menggendong Cie Hui. Dibantu
               Wibisana.
                   Mereka sedang makan malam, seperti biasa ramai, jadi benar-benar terperanjat saat Cie
               Hui merintih kesakitan. Ikanuri meneriaki Wulan dan Jasmine untuk menyiapkan peralatan
               bayi  (yang  sudah  disiapkan  Kak  Laisa  beberapa  hari  lalu).  Dalimunte  berseru  jengkel,
               lupakan soal popok dan sebagainya itu, Cie Hui sudah amat kesakitan, bayi itu menendang-
               nendang kuat, meronta. Buat apa pula coba popok bayi saat ini?
                   Maka malam itu juga mobil balap modifikasi Ikanuri dan Wibisana melesat keluar dari
               halaman rumah panggung. Tidak seperti waktu Yashinta dulu sakit parah, lereng itu sekarang
               mudah saja didaki. Dan jelas tidak seperti wakru Yashinta sakit dulu, di kampung atas (jika
               masih  layak  disebut  kampung),  sudah  ada  puskesmas,  lengkap  dengan  dokter  dan  bidan.
               Kesanalah mereka bergegas membawa Cie Hui.
                   Intan. Itu nama pemberian Kak Laisa. Sejak kecil Intan memang sudah terlihat bakatnya.
               Tidak sabaran. Keras kepala. berisik. Suka mencari perhatian. Meski cerdas dan banyak akal.
               Lahir setelah keras kepala tidak  mau keluar-keluar  juga. Setelah dua  jam  berkutat dengan
               bukaan  tujuh.  Hampir  saja  Bidan  menyerah.  Hampir  saja  menyarankan  untuk  dibawa  ke
               rumah  sakit  di  kota  kabupaten  untuk  operasi  caesar,  bayi  perempuan  itu  akhirnya  nongol
               begitu  saja.  Seperti  sengaja  membuat  yang  lain  bete.  Panik.  Langsung  menangis  kencang.
               Membuat cair seluruh ketegangan.
                   Dalimunte tidak pernah  melihat Mamak sebahagia  ini. Gemas,  menciumi wajah  merah
               cucu tersayang, Intanl. Tersenyum riang sambil memperbaiki tudung kepala. Rambut Mamak
               sudah memutih. Tapi lihatlah, wajahnya seperti lebih muda sepuluh tahun. Intan benar-benar
               menguasai perhatian seluruh anggota keluarga. Dalimunte menghela nafas dalam. Kak Laisa
               benar, dulu dia tidak seharusnya menunggu begitu lama untuk menikah. Mamak meski tidak
               pernah bilang, selalu merindukan menimang cucu-cucunya. Intan membuat rumah panggung
               itu lebih ramai. Lebih hidup. Teriakannya setiap pagi (atau setiap minta susu) membuat rusuh
               yang lain.
               Berebutan menggendong.
                   Maka seperti sudah  mengerti saja, kalau  lagi dicuekin, bayi kecil  itu akan  mulai sibuk
               menangis keras-keras. Sengaja benar.
   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107