Page 100 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 100
www.rajaebookgratis.com
"Sungguh maafkan, Dali—" Dalimunte tertunduk lama sekali.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan—"
Kak Laisa menggenggam erat lengan Dalimunte, menenangkan. Meski suara itu sebenarnya
sedikit berbeda dari biasanya. Serak. Bergetar.
Malam ini, satu bulan sejak kunjungan rekan kerja Dalimunte ke perkebunan strawberry.
Satu bulan yang berjalan menyedihkan. Apa yang dibilang berkali-kali oleh rekan kerja
Dalimunte? Ia amat mencintai istrinya. Jika saja istrinya bisa mengandung anak-anaknya,
maka ia tidak akan menikah lagi. Ini semua bukan salahnya. Dan jelas bukan maunya kenapa
kabar baik tentang kehamilan tersebut justru tiba persis saat dia di titik serius untuk menikah
lagi (dengan Kak Laisa). Rekan kerja Dalimunte amat menyesal. Meminta maaf sungguh-
sungguh saat tadi siang kembali berkunjung. Mencium jemari Mamak. Menatap Kak Laisa
penuh rasa sesal. Dengan hamilnya istrinya, dia tidak akan pernah tega untuk menikah lagi.
Meski isterinya mendesak untuk tetap meneruskan rencana tersebut, menenggang perasaan
Kak Laisa, tapi dia sungguh tidak bisa melakukannya.
"Apakah Kak Laisa kecewa?" Dalimunte tertunduk.
"Mungkin tidak," Laisa menjawab pelan, menggeleng,
"Kakak sudah terbiasa, Dali.... Esok lusa, kesibukan dan waktu akan membuatnya terlupakan.
Mungkin yang kali ini butuh waktu cukup lama. Membersihkan harapan-harapan yang
terlanjur datang."
Dalimunte menggigit bibir. Dia sama sekali tidak menyangka akan seperti ini jalan
ceritanya. Kesempatan baik itu? Dalimunte mengusap wajah kebasnya. Perjodohan yang
urung itu merubah banyak hal. Rekan kerjanya memutuskan berhenti dari lab. Mereka juga
pindah dari perumahan asri yang hanya sepelemparan batu dari rumah Dalimunte
"Aku merasa amat bersalah, Dali. Jadi biarkan aku pergi. Sekali lagi bilang Laisa, maafkan
aku. Maafkan bila proses ini telah menyakiti hatinya."
Itu kalimat terakhir saat rekan kerjanya pulang tadi sore. Diantar sopir perkebunan,
Bulan sabit tergantung elok di antara bintang-gemintang. Minggu-minggu ini panen besar
strawberry. Minggu-minggu ini harusnya menjadi saat yang menyenangkan bagi seluruh
warga kampung. Menjadi hari berpesta bagi Lembah Lahambay. Entahlah apa yang persisnya
ada di kepala Kak Laisa sekarang. Entahlah apa yang sedang berkecamuk di kepalanya.
Ternyata kesempatan terbaiknya itu juga berakhir menyedihkan.
34
ANGGOTA BARU KELUARGA
LAISA BENAR, waktu dan kesibukan perlahan akan mempu membuatnya melupakan
harapan-harapan yang terlanjur tumbuh. Setahun berlalu. Usianya sekarang menjejak 39,
Dalimunte 33, Wibisana hampir 31, Ikanuri 30, dan Yashinta 27. Mamak? Entahlah, tidak
ada yang tahu persis berapa usia Mamak Lainuri sekarang. Mamak hanya ingat, lahir pas
masa-masa pemberontakan revolusioner.
Setahun berlalu, di antara berbagai proses perjodohan Kak Laisa yang berjalan
menyakitkan, kabar baik tetap datang silih berganti. Cie Hui mengandung. Itu menjadi berita
besar Lembah mereka. Membuat rumah panggung itu buncah oleh kebahagiaan. Sekarang
sudah sembilan bulan. Dalimunte dan Cie Hui memutuskan untuk melahirkan di Lembah
Lahambay,
"Biar ia menjadi anak lembah ini. Biar ia bisa mencium segarnya udara lembah.... Biar ia bisa
menjejakkan kakinya di embun rerumputan...."
Begitu kata Cie Hui riang. Maka sudah seminggu ini mereka pulang ke perkebunan.
Menunggu hari H. Sejenak melupakan berbagai riset mutakhir Dalimunte di laboratorium.
Kabar baik kedua adalah: Yashinta akhirnya menyelesaikan pendidikan masternya.
Cumlaude. Lulusan terbaik. Ia jelas-jelas mewarisi kecerdasan Dalimunte, meski juga