Page 95 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 95

www.rajaebookgratis.com





               sigung  kecil  itu  membuat  masa  kecil  dan  remajanya  yang  sulit  dan  penuh  kerja  keras,
               menjadi berwarna dan berisik sepanjang hari.
                   Mereka sejak dulu, selalu menjadi adik-adik yang baik. Hanya soal bagaimana mereka
               menunjukkannya saja yang sedikit berbeda dengan anak-anak lain. Mereka hanya menuntut
               perhatian. Sayangnya, Mamak setiap hari sibuk bekerja. Juga dirinya. Kebersamaan di rumah
               hanya ada lepas maghrib, itupun dengan wajah-wajah lelah. Maka dua sigung kecil itu juga
               sibuk mencari perhatian. Nakal.
                   Ikanuri  dan  Wibisana  sejak  dulu  memang  beda,  dan  sekarang  tabiat  jahil  mereka
               sempurna diwarisi oleh Juwita dan Delima.

               32
               KODRAT MANUSIA
               "JIKA ada seseorang yang tidak mempermasalahkan usia, dan apapun dari Kakak.... Jika ada
               seseorang  yang  tetap  bersedia  menikah  walau  telah  melihat  foto-foto  Kakak....  Namun,
               namun...."
               "Katakan saja, Dali. Langsung ke pokok permasalahan."
               Kak  Laisa  memotong  lembut,  menatap  wajah  adiknya  lamat-lamat.  Bukan  sekali  dua  ini
               mereka  membicarakan  urusan  perjodohan.  Bukan  pula  sekali  dua  ini  mereka  melakukan
               pembicaraan  di  lereng  perkebunan  strawbery  saat  malam  tiba  di  penghujungnya.  Ia  amat
               mengenal  intonasi,  mimik  muka,  bahkan  helaan  nafas  Dalimunte  saat  bicara.  Jadi  kenapa
               adiknya harus merasa amat sungkan.
               "Katakan saja, Dali. Namun kenapa?"
               Kak  Laisa  bertanya  sekali  lagi,  memegang  lengan  adiknya.  Tingginya  hanya  sedada
               Dalimunte. Hamparan buah strawberry terlihat remang di  bawah cahaya rembulan. Jadwal
               pulang dua bulanan mereka. Semuanya berkumpul, kecuali Yashinta, yang masih kuliah di
               Belanda. Hanya menelepon saat mereka ramai duduk di beranda rumah panggung.
               "Dali yakin dia pilihan yang baik. Jodoh yang baik.... Dia teman riset Dali di lab. Umurnya
               empat puluh. Saleh. Berakhlak baik. Dari keluarga yang baik. Namun..."
               Dalimunte  menelan  ludah.  Deskripsi  yang  penuh  informasi  dalam  satu  tarikan  nafas  itu
               terhenti.
               Kak Laisa tersenyum, namun apa?
               "Dia sudah menikah.... Maksud Dali, mereka sudah lima belas tahun menikah, dan istrinya
               tidak  bisa  mengandung.  Istrinya  yang  meminta  dia  menikah  lagi....  Maksud  Dali,  mereka
               sudah  melihat  foto  dan  bio-data  Kakak.  Istrinya  juga  sudah  setuju....  Mereka  benar-benar
               keluarga  yang  menyenangkan,  keluarga  yang  bahagia....  Dia  berjanji  akan  mencintai  Kak
               Laisa  dengan  baik,  istrinya  juga  berjanji  akan  menerima  Kak  Laisa  dengan  baik...."
               Dalimunte  menghela  nafas.  Terhenti  sejenak.  Setelah  tertahan,  penjelasan  itu  akhirnya
               meluncur bagai bebat air yang jebol,
                   Lengang,
                   Hanya   terdengar   suara   burung   hantu di kejauhan.
               "Dia sudah menikah.... Maksud Dali, apakah Kak Laisa bersedia jadi istri kedua?" Dalimunte
               bertanya ragu-ragu. Meski dengan intonasi suara yang lebih baik. Lebih jelas.
                   Sekali lagi hanya lengang.
                   Dan sungguh tidak ada keputusan malam itu.
                   Kak  Laisa  hanya  tepekur.  Tertunduk  menatap  ribuan  polybag  strawberry  yang
               membentang luas memenuhi lereng lembah. Entahlah apa yang dipikirkan Kak Laisa. Entah
               apa yang sedang berkecamuk di kepalanya. Dalimunte ikutan terdiam. Tidak bertanya lagi.
               Urusan ini tentu saja tidak mudah. Istri kedua? Apakah ada wanita di dunia ini yang dengan
               mudah memutuskan menjadi istri kedua? Meski dengan banyak alasan bijak. Apakah harga
               diri  Kak  Laisa  terganggu  dengan  pertanyaan  itu?  Setelah  sekian  lama  tidak  mendapatkan
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100