Page 98 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 98

www.rajaebookgratis.com





               Sungguh tak akan ada yang tersakiti. Tentu saja, di hati paling dalam istri pertama proses ini
               mungkin akan menyakitinya karena ia tetap manusia yang memiliki perasaan, tapi kasus ini
               amat berbeda. Mungkin inilah solusi terbaik buat dua masalah yang bersisian.
                   Shubuh itu akhirnya keputusan penting itu berhasil diambil.

               33
               AKU AMAT MENCINTAINYA
               KAK  LAISA terlihat gugup sepanjang pagi (bahkan sebenarnya  sejak semalam). Meski  ia
               berusaha menyembunyikannya dengan menyibukkan diri, memastikan semua baik-baik saja,
               wajahnya yang memerah tak bisa menyembunyikan perasaan
                   Dua  minggu  sejak  kematian  Wak  Burhan.  Selepas  pembicaraari  penting  shubuh  itu,
               Dalimunte menyerahkan foto - f oto dan profile rekan risetnya. Juga foto istri pertamanya.
               Menceritakan  banyak  hal.    Menjawab  banyak  pertanyaan.  Lantas  Laisa  mengangguk,
               mempersilahkan mereka segera datang untuk saling berkenalan.
                   Siang ini rombongan dari ibukota akan tiba.
                   Yang lain juga pulang, Hari ini penting bagi keluarga mereka. Ikanuri dan Wibisana lebih
               dulu pulang. Mereka sekarang sudah memiliki bengkel besar di kota seberang pulau, bengkel
               yang di kota provinsi diurus orang  kepercayaan  Mereka. Yashinta tetap tidak  bisa pulang,
               semakin sibuk dengan penelitian tahun terakhir S2-nya. Tapi ia menyempatkan menelepon
               berkali-kali. Telepon pertama penuh dengan rajuk keberatan. Bagaimanalah Kak Laisa akan
               menjadi  istri  kedua?  Ya  Allah,  apakah  Kak  Laisa  harus  melemparkan  harga  dirinya?
               Merendahkan  martabatnya  menjadi  istri  kedua?  Dalimunte  bahkan  sampai  marah
               menjelaskan banyak alasan. Telepon kedua, ketiga dan berikutnya lebih banyak diam (meski
               tetap  merajuk).  Dan  akhirnya  menangis  tersedu  saat  Kak  Laisa  sendiri  yang  menjelaskan
               keputusan itu. "Kalau Yash tidak suka, Kakak akan membatalkannya, sayang. Sungguh, kalau
               Yash tidak setuju — "
               Yashinta yang menelepon dari apartemennya di Belanda menyeka pipi.
               Ia tidak akan pernah membantah Kak Lais, Dulu tidak, apalagi sekarang.
                   Menjelang dzhuhur, dua kijang kapsul  jemputan  pengalengan buah strawberry  itu tiba.
               Kak Laisa berkali-kali memperbaiki kerudungnya. Berkali-kali merapikan pakaian. Ia amat
               gugup. Mamak hanya tersenyum simpul. Mengenggam jemari Laisa. Menenangkan. Berbisik,
               semua akan baik-baik saja, Lais.
                   Dan  urusan  sepanjang  siang  itu  berjaian  lancar,  tidak  sesulit  yang  dicemaskan  Laisa.
               Rekan  riset  Dalimunte  hanya  datang  seorang  diri.  Istrinya  sakit,  sudah  dua  hari  mual  dan
               muntah.  Terlalu  lemah  untuk  melakukan  perjalanan  jauh.  Rekan  Dalimunte  pandai
               menempatkan diri dalam urusan tersebut. Melontarkan humor dan pujian yang baik.
               "Aku akhirnya  mengerti  bagaimana  Dalimunte bisa  menjadi  ahli  fisika  yang  hebat.... Tapi
               kau tidak lagi masih dipukul Laisa dengan rotan, bukan?"
               Tertawa. Membuat suasana tegang  mencair dengan cepat. Cie Hui  juga  membantu banyak
               Kak  Laisa.  Pertemuan  itu  tidak  semenakutkan  yang  dipikirkan  Laisa.  Justru  berjalan
               menyenangkan.
                   Mereka  shalat  dzhuhur  sebelum  melakukan  pembicaraan.  Menghabiskan  makan  siang.
               Mengelilingi perkebunan strawberry. Dalimunte benar, inilah kesempatan terbaik Kak Laisa.
               Rekan risetnya pilihan yang tepat. Dia sama sekali tidak mempersalahkan tampilan wajah dan
               fisik Kak Laisa.
               "Bagiku kau secantik apa yang kau kerjakan untuk lembah ini, Lais!"
               Menatap penuh penghargaan. Ah, dalam banyak kasus, kesalehan seseorang memang tidak
               bisa  diukur  dari  tampilan  mulut, tulisan  dan  apalagi  pakaian.  Dan  kebersamaan  sepanjang
               siang  (bersama-sama  dengan  yang  lain)  itu  sudah  menjadi  proses  perkenalan  yang  baik.
               Memahami  visi  dan  misi  berkeluarga  masing-masing.  Memahami  cara  berpikir  masing-
   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103