Page 84 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 84

www.rajaebookgratis.com





               Laisa mengangguk.
               "Apa... apa yang sebenarnya Kak Lais pikirkan setiap kali berdiri di sini menatap langit dan
               lembah?" Dalimunte bertanya pelan.
               Laisa tersenyum, "Banyak hal—"
               "Banyak?"
               "Ya, tentang masa lalu kita. Tentang hari ini, Tentang masa depan kita. Kau tahu, kalian sejak
               kecil dulu  sudah amat  membanggakan Mamak dan  Kakak. Lihat, kincir air  itu, Dali  yang
               buat.  Tanpa  itu,  tidak  akan  ada  perkebunan  strowberry  sekarang.  Tidak  akan  ada  lampu-
               lampu.... kehidupan warga kampung yang lebih baik... Kakak juga mengenang Ikanuri dan
               Wibisana yang suka bolos. Kabur naik starwagoon tua, Yashinta yang selalu memaksa minta
               diantar  melihat  sesuatu  di  hutan.  Ladang  jagung  kita.  Semua  kejadian-kejadian  itu.  Tiga
               harimau itu. Masa lalu yang indah—  Kakak juga memikirkan tentang hari ini. Perkebunan
               strowberry Mamak. Penduduk lembah yang semakin makmur. Fasilitas sekolah yang semakin
               baik. Pengalengan buah di kota provinsi. Kau yang sudah jadi peneliti fisika hebat di Ibukota.
               Ikanuri dan Wibisana yang ambisius sekali dengan bengkel mobilnya. Yashinta yang amat
               mencintai  lingkungandan  konservasi  entahlah.  Dan  Mamak  yang  terlihat  bahagia
               menghabiskan waktu di kebun kita. Mamak yang tidak pernah mrmbayangkan kehidupan kita
               akan sebaik ini..... Kakak juga memikirkan tentang masa depan.... Ah, kalau kau menikah,
               maka rumah panggung ini akan segera ramai, Dali. Anak-anak yang pintar. Ayahnya pintar,
               pasti anaknya jauh lebih pintar.... Kau tahu, aku tidak bisa membayangkan akan seperti apa
               anak-anak Ikanuri dan Wibisana nanti.... Kalau Yashinta itu jelas sudah. Anak-anaknya akan
               tampan dan cantik... Ia saja sekarang pasti telah membuat puluhan teman mahasiswanyajatuh
               hati....  Kalau kalian satu persatu mulai berkeluarga, perkebunan ini akan ramai oleh celoteh
               anak-anak—"
               Hening lagi sejenak.
               "Apakah,  apakah  Kak  Lais  tidak  pernah  memikirkan  yentang  itu  saat  berdiri  sendirian  di
               sini?" Dalimunte menelan ludah.
               "Memikirkan apa?"
               "Umur Kak Lais? Pemikahan? Kesendirian? Pernahkah Kak Lais memikirkan diri sendiri...."
               Laisa tertawa, melambaikan tangannya,
               "Dali, tentu saja sekali dua datang. Sebenarnya dulu lebih sering datang. Tapi buat apa Kakak
               membuang-buang waktu memikirkan tersebut. Hidup Kakak sudah amat indah tanpa perlu
               memikirkan hal-hal itu. Melihat kalian tumbuh dewasa. Dengan segala kesempatan hebat. Itu
               sudah  amat  membahagiakan  Kakak.  Melihat  anak-anak  lembah  berkesempatan  sekolah.
               Kehidupan mereka yang lebih baik dengan perkebunan strawberry ini. Itu sudah lebih dari
               cukup.
               "Kau  tahu,  seperti  yang  Kakak  bilang  dulu,  jodoh  ada  di  tangan  Allah.  Mungkin  dalam
               urusan  ini,  Kakak  tidak  seberuntung  dibandingkan  dengan  memiliki  adik-adik  yang  hebat
               seperti kalian.... Dulu memang mengganggu sekali mendengar pertanyaan tetangga, tatapan
               mata  itu,  tetapi  mereka  melakukannya  karena  mereka  peduli  dengan  kita.  Satu  dua
               menyampaikan rasa peduli itu dengan cara yang tidak baik, namun itu bukan masalah. Kakak
               tidak  pernah  merasa  kesepian,  Dali.  Bagaimana  mungkin  Kakak  akan  kesepian  dengan
               kehidupan seindah ini.... Kau benar, aku juga sering memikirkan umur. Sekarang usiaku tiga
               puluh  empat  tahun.  Tapi  apa  yang  Kakak  harus  lakukan?  Itu  semua  ada  di  tangan  Allah.
               Yang lebih penting aku pikirkan, dengan sisa waktu yang mungkin tidak sedikit lagi, apakah
               masih  berkesempatan  melakukan  banyak  hal  di  lembah  ini,  berkesempatan  melihat  kalian
               melakukan hal-hal hebat di luar sana. Berkesempatan membuat Mamak dengan keseharian di
               perkebunan...,"
               Kak Laisa tersenyum tulus.
               "Hanya itu? Sesederhana itu?" Dalimunte menelan ludah.
   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89