Page 79 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 79

www.rajaebookgratis.com





               Kak Laisa tertawa kecil.
               "Aneh, bukan? Bagaimana mungkin gadis itu mau bermalam di sini tanpa hubungan penting
               di antara kalian?"
               Dalimunte  nyengir,  mengusap  wajahnya  yang  semakin  memerah.  Benar.  Mereka  belum
               sekalipun bilang soal perasaan itu. Mereka amat dekat, itu benar. Tapi ikrar saling suka itu
               belum terucap. Bagaimana dia akan melakukannya jika Kak Laisa belum?
               "Cie  Hui  gadis  yang  cantik.  Ia  juga  baik.  Ia  mudah  sekali  akrab  dengan  Mamak  dan
               Yashinta." Kak Laisa bergumam, menatap wajah Dalimunte yang salah-tingkah,
               "Dali, kau seharusnya tidak membuat Cie Hui menunggu lama—"

               25
               KAU TIDAK HARUS MENUNGGU
               TETAPI DALIMUNTE kali ini memutuskan untuk bebal.
                   Dalimunte  tidak  mendengarkan  kata-kata  Kak  Laisa.  Dalimunte  benar-benar  membuat
               Cie  Hui  menunggu  lama,  terlalu  lama  malah.  Tujuh  tahun  berlalu.  Dan  dia  belum  juga
               mengatakan perasaan itu. Meski hampir setiap pulang ke Lembah Lahambay, Cie Hui ikut
               serta. Bahkan gadis keturunan yang sekarang sudah berkerudung itu sudah dianggap Mamak
               menjadi anggota keluarga.
                   Lulus dari institut teknologi ternama itu, Dalimunte melanjutkan sekolah di universitas
               terbaik di Amerika. Mendapatkan beasiswa selama tiga tahun untuk menyelesaikan jenjang
               doktor ilmu fisikanya. Masa-masa itu bahkan Cie Hui lebih banyak lagi menghabiskan waktu
               di perkebunan strawberry.  Menginap  lama di  sana. Ikut membantu Kak Laisa dan Mamak
               mengurus  kebun.  Dua  tahun  sejak  pulang  dari  Amerika,  dan  memutuskan  bekerja  di
               laboratorium  institut  teknologi  ternama,  Dalimunte  tetap  tak  kunjung  mengatakan
               perasaannya. Cie Hui hanya bilang,
               "Kami hanya teman biasa, Mak!" setiap kali Mamak atau Yashinta bertanya kapan.
               "Apa  sebenarnya yang  kau  tunggu,   Dali?"
               Itu    juga  pertanyaan  berkali-kali  yang  disampaikan  Kak  Laisa  setiap  dua  bulan  jadwal
               Dalimunte dan yang lain pulang ke lembah. Dan Dalimunte hanya diam, tidak menjawab.
                   Tentu saja Dalimunte amat menyukai Cie Hui. Cinta pertamanya. Tetapi urusan ini tidak
               mudah.  Pelik.  Dia  sungguh  tidak  akan  pernah  bisa  mengambil  keputusan  sepenting  itu
               sebelum  Kak  Laisa  menikah.  Tabu  sekali  di  lembah  itu  jika  ada  adik  yang  mendahului
               kakaknya menikah. Melintas. Akan menjadi gunjingan seumur hidup.
               "Kau tidak harus menunggu aku, Dali!"
               Laisa menggenggam erat lengan Dalimunte. Malam itu, malam yang kesekian mereka berdiri
               di lereng lembah, menatap bintang-gemintang. Di antara ribuan polybag strawberry. Malam
               itu, umur Kak Laisa sudah tiga puluh tiga tahun, Dalimunte dua puluh tujuh. Janji kehidupan
               yang  lebih  baik  di  luar  lembah  sudah  sepenuhnya  tiba.  Dan  kehidupan  di  lembah  sendiri
               sudah jauh lebih baik dibandingkan masa kanak-kanak mereka.
                   Mereka selepas  isya tadi, habis  melakukan syukuran  besar di rumah.  Lulusnya Ikanuri
               dan  Wibisana.  Akhirnya,  dua  sigung  nakal  itu  menyelesaikan  kuliahnya.  Warga  kampung
               berkumpul. Tidak ada lagi wajah-wajah suram habis bekerja seharian, pakaian seadanya, dan
               semacam itu seperti mereka sering berkumpul di balai kampung dulu. Kehidupan di lembah
               jauh lebih baik sekarang.
               "Kami lulus sarjana saja itu sudah menjadi keajaiban dunia ke delapan dan ke sembilan. Jadi
               jangan paksa kami untuk ambil S2 seperti Dalimunte — "
               Ikanuri tertawa saat Kak Laisa menyuruh mereka melanjutkan sekolah lagi. Dan itu benar,
               beberapa  minggu  kemudian  dari  kelulusan  universitas  kota  provinsi,  dua  sigung  itu  lebih
               memilih sibuk dengan hobi kecil mereka dulu. Membongkar-bongkar mesin mobil. Mereka
               sekarang punya bengkel besar di kota provinsi. Kak Laisa yang memberikan modal.
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84