Page 82 - Bidadari-Bidadari Surga-TereLiye
P. 82

www.rajaebookgratis.com





                   Siang  itu  juga  Kak  Laisa  menyuruh  Dalimunte  pulang  ke  Lembah  Lahambay.
               Meneleponnya langsungke laboratorium,
               "Kau  naik  pesawat  pertama  dari  sana,  DALI!  Malam  ini  juga  kau  sudah  harus  tiba  di
               perkebunan strawberry! KAU DENGAR?"
                   Sudah lama Kak Laisa tidak berkata setegas itu di hadapan adik-adiknya. Apalagi kepada
               Dalimunte yang sejak kecil menurut. Perintah itu juga menyebar ke yang lain. Karena Cie
               Hui  sudah  dianggap  seperti  anggota  keluarga  di  rumah  panggung  itu,  Yashinta  juga  ikut
               pulang dari kota provinsi. Juga Ikanuri dan Wibisana. Semua berkumpul.
                   Ruang  depan  yang  dulunya  dipakai  Dalimunte,  Ikanuri  dan  Wibisana  tidur  beralaskan
               tikar  pandan  itu  senyap.  Malam  itu,  hujan  gerimis  membasuh  lembah.  Dalimunte  yang
               terakhir tiba di rumah, dan langsung diajak bicara. Yang lain sudah menunggu sejak sore tadi.
               Cie  Hui  masih  menenangkan  diri  di  kamar.  Tadi  sore,  utusan  keluarganya  dari  kota
               kecamatan memaksa pulang. Hanya karena Kak Laisa bilang,
               "Semua akan baik-baik saja! Bilang ke Kokoh, tunggu hingga malam ini berakhir." Kerabat
               Cie Hui mengalah.
                   Mereka tertunduk.  Pelan  menghela  nafas.  Kak Laisa menatap wajah adik-adiknya satu
               persatu. Lamat-lamat.
               "Kakak tidak pernah meminta kalian menunggu. Tidak pernah,"
               Kak  Laisa  memecah  senyap.  Ini  kali  pertama  mereka  membicarakan  masalah  yang  super-
               sensitif tersebut bersama-sama.
               "Dalimunte,  kau  sudah  dua  puluh  delapan.  Wibisana  hampir  duapuluh  enam,  Ikanuri  dua
               puluh lima, dan Yashinta dua puluh dua. Kalian sudah tumbuh begitu dewasa. Tampan dan
               cantik.  Seperti  yang  Kakak  impi-impikan,  kalian  tumbuh  dan  memiliki  kesempatan  lebih
               besar dibandingkan lembah ini. Tidak menghabiskan hidup hanya menjadi pencari kumbang
               dan damar di rimba"
               Suara Kak Laisa bergetar,  membuat yang lain semakin tertunduk.
                   Di  luar  gerimis  mulai  menderas.  Suara  bilur  air  hujan  membasuh  rumput,  genteng,
               bebatuan  terdengar  sakral menyenangkan.
               " Kalian sudah cukup umur untuk mengambil kesempatan berikutnya. Sudah lebih dari cukup
               umur untuk menikah. Apa lagi yang kalian tunggu? Dali, bahkan Kakak sudah bilang enam
               tahun lalu agar kau tidak membuat Cie Hui menunggu terlalu lama—"
               Dalimunte menelan ludah.
               "Kau tidak perlu menunggu Kakak.... Sungguh. Sama sekali tidak perlu. Kelahiran, kematian,
               jodoh semua sudah ditentukan. Masing-masing memiliki jadwal. Giliran—"
               "Aku tidak akan menikah sebelum Kakak menikah."
               Dalimunte memotong, dengan suara pelan tertahan.
               "Kau tidak perlu menunggu Kakak Dali!"
               Kak Laisa Berkata tegas. Menatap tajam Dalimunte.
               "Aku tidak akan menikah—"
               "Dengarkan Kakak bicara,  Dali!"  Kak Laisa  menatap tajam.
                   Dalimunte tertunduk dalam-dalam. Ikanuri dan Wibisana mengusap wajahnya. Yashinta
               memeluk Mamak, matanya mulai berair.
               "Buat  apa  kau  memikirkan  apa  yang  dipikirkan  orang  atas  pernikahan  kau.  Buat  apa  kau
               memikirkan  apa  yang  dipikirkan  orang  atas  Kakak-mu.  Buat  apa  kau  memikirkan
               kekhawatiran,    rasa  cemas,    yang  sejatinya  mungkin  tidak  pernah  ada.  Hanya  perasan-
               perasaan. Lihatlah, Kakak baik-baik saja."
                   Dalimunte menyeka ujung-ujung mata. Itulah masalahnya, semua terlihat baik-baik saja.
               Bahkan sejak kecil dulu Kak Laisa selalu berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan adik-
               adiknya. Memutuskan berhenti sekolah demi mereka sekolah. Bekerja keras. Dan semuanya
               tetap baik-baik saja.
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87