Page 151 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 151
berinisiatif untuk mengolah sembako tersebut menjadi makanan yang
disajikan untuk tukang bangunan. Bahkan kadang-kadang ibu-ibu
langsung mengirimkan makanan siap saji. Setiap hari konsumsi tidak ada
kekurangan, berbagai sumbangan warga silih berganti, selalu ada. Para
istri nelayan rela mengirimkan sebagian ikan tangkapan suami mereka
untuk tambahan lauk.
Setiap hari kegiatan pembangunan terus berjalan. Siang dan
malam tidak ada hentinya. Tidak ada hari libur. Sebagian warga dan
nelayan mulai memilah kayu merah yang akan dipergunakan untuk
lantai dasar dan tiang. Yang lain mengumpulkan bambu dan rumbia
yang akan dipergunakan sebagai atap daseng. Nelayan dan masyarakat
sekitar bergantian untuk terlibat. Sumbangan tenaga yang tak terhitung
ini mampu mempercepat selesainya bangunan daseng. Bahkan ibu-
ibu istri nelayan juga tidak mau kalah untuk ikut berpartisipasi dalam
pembangunan. Sebagian menyediakan konsumsi, dan yang lainnya
membantu menyediakan bahan bangunan semampu ibu-ibu selain juga
ikut menemani bapak-bapak sampai dini hari sekitar jam 02.00. Ada
beberapa bapak dan pemuda yang waktu luangnya hanya malam hari
setelah selesai bekerja.
**
Sekitar dua bulan kemudian, bangunan daseng yang berukuran
13x20 meter sudah mulai kelihatan bentuknya. Berdiri diatas tiang beton,
daseng kelihatan gagah dengan tiang-tiang pancang yang tertancap kuat
di dasar laut.
Daseng dirancang dengan tetap memperhatikan kearifan sosial
dan budaya yang telah menjadi kebiasaan turun temurun dan melekat
dalam kehidupan nelayan dan masyarakat penghuni wilayah pantai
Manado. Dengan bangunan yang terbuka, beralaskan kayu merah
dan beratapkan rumbia, daseng tidak meninggalkan cirikhas Manado.
Meskipun baru sebagian lantai yang tertutup lantai kayu dan baru separo
atapnya terpasang, tetapi daseng sudah kelihatan berdiri dengan gagah.
Sederhana tetapi elok dipandang mata. Luas bangunan dinyakini juga
sangat mendukung kegiatan warga.
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 151