Page 155 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 155
ada komputer, printer. Barang-barangnya bisa kita simpan di ruang itu.
Kan tidak selama 24 jam ada yang tinggal di daseng. Harus ada tempat
untuk menyimpan barang-barang berharga dan penting.” Kata Jantry.
“Benar juga. Ok, torang bisa usulkan dalam rapat pengurus
minggu depan,” usul Budi senang dengan ide Jantry.
Meskipun saat ini mereka tidak mempunyai barang berharga
tetapi barangkali ke depan ada komputer yang bisa digunakan
untuk menunjang kerja-kerja kelompok nelayan. Tidak ada salahnya
menyediakan satu tempat tertutup untuk menyimpan barang-barang.
Budi melihat daseng mereka masih cukup untuk membuat satu ruangan
kantor. Diam-diam Budi memuji kecerdasan Jantry.
“SIAP,” kata Jantry sambil tertawa.
Mereka bertiga berbincang banyak hal dari urusan melaut
sampai pembicaraan tentang pembangunan daseng. Baru ada bantuan
batubata. Mereka membutuhkan bahan bangunan lain seperti semen,
pasir, kayu dan atap rumbia. Dina sudah melihat catatan keuangan dan
sampai hari ini saldo kas masih tetap sama seperti duahari yang lalu,
hanya 10.500 rupiah. Mereka harus menunggu laporan dari teman-
teman panitia yang bertugas mencari donator.
“Sudah ada laporan dari Daud? David? Yance belum ya?’ tanya
Budi.
“Yah, belum ada. Dorang belum melaporkan lagi informasi
donatur.“ sahut Dina.
“Mudah-mudahan ada tambahan dana,” kata Budi sambil
melemparkan puntung rokoknya yang tinggal seujung kuku.
“Apa nggak sebaiknya mereka dihubungi saja? Kalau ada
kepastian tambahan dana, pekerjaan bisa berjalan lagi.” Usul Jantry
sambil menguap lebar.
“Kau sudah ngantuk lagi, heh?” tanya Dina sambil tertawa
melihat Jantry merebahkan badan di kursi kayu panjang.
“Iya, nich. Aku belum sempat tidur sejak pulang melaut. Tadi ada
tamu di rumah.” Jawab Jantry.
“Bud, David, Daud, Yance ditelpon saja. Nich pakai ponselku.”
Kata Jantry sambil mengulurkan ponselnya kepada Budi.
Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 155