Page 160 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 160
tidak nyaman karena tidak ada sekat antar tempat tidur pasien satu
dengan yang lainnya. Setiap pasien hanya dipisahkan dengan meja kecil
tempat baju dan makanan. Semua pasien harus terbiasa dengan kondisi
pasien lainnya. Daud terpaksa menempatkan istrinya di kelas tiga karena
memang tidak mampu membiayai biaya perawatan. Kemarin ia sudah
mengurus keanggotaan BJPS, tetapi belum selesai. Hari ini Daud akan
kembali ke kantor BPJS. Awalnya Daud mengurus kepesertaan Jamkesda.
Tetapi ternyata tidak mudah. Pak Lurah sendiri sudah mengatakan tidak
bisa menjamin Daud dan keluarganya memperoleh jaminan kesehatan
secera cepat. Secara administrasi keanggotaan belum bisa diproses,
karena harus ada survey ke rumah terlebih dahulu. Yang jelas proses
administrasi tidak akan mudah, karena Daud mencari asuransi kesehatan
yang gratis. Akhirnya Daud terpaksa mendaftar BPJS secara mandiri,
setiap bulannya membayar iuran Rp 25.500/bulan. Pilihan sulit, karena
penghasilan yang tidak seberapa menyulitkan dirinya untuk membiayai
asuransi kesehatan secara mandiri.
Sutriani menatap iba Daud yang kelihatan lelah. Matanya merah
pertanda belum sempat tidur sepulang dari melaut. Wajahnya lesu
dengan cekungan di pipi kelihatan semakin dalam dari biasanya. Kulitnya
semakin kelihatan gelap. Dengan badan kurus dan kurang terawat
membuat penampilan Daud terlihat begitu kurang terawat. Sutriani
memandang Daud dengan prihatin. Gurat kesedihan yang tidak bisa
disembunyikan terpancar dari mata Daud pasti karena memikirkan biaya
pengobatannya. Sutriani juga binggung bagaimana Daud akan membayar
semua biaya pengobatannya selama di Rumah Sakit? Sementara mereka
berdua tidak mempunyai uang simpanan yang bisa digunakan untuk
berobat. Begitu berat usaha yang harus dijalankan suaminya membuat
Sutriani tiba-tiba merasakan kepahitan hidup mereka. Orang-orang
miskin seperti dirinya memang akan semakin miskin jika sakit mendera.
Untuk hidup sehari-hari mereka cukup kesusahan apalagi untuk biaya
berobat, keluh Sutriani sedih.
“Pa……” Sutriani tidak tahan lagi melihat suaminya duduk
termenung di dekatnya dengan tatapan kosong. Belum sepatah katapun
keluar dari mulut suaminya sejak bertemu dari ruang pemeriksaan tadi.
160 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com