Page 164 - Bisikan Ombak - by Suci Harjono
P. 164
“Iya. Emh……”
“Kenapa, Pa?” tanya Yongki heran.
“Eng…. Papa…papa..Yongki….” Daud tidak sanggup meneruskan
kalimatnya.
“Halo…halo….Pa?”
“Yongki….mamamu sakit,”
“Sakit? Sakit apa, Pa?
Diam, hening.
“Pa? Mama sakit apa?” tanya Yongki panik. Cukup lama tidak ada
kabar tentang keluarganya. Ia terlalu sibuk bekerja dan lupa berkirim
kabar kepada keluarganya di Manado.
“Mama sakit….sakit cukup parah. Sekarang di Rumah Sakit,”
Daud terbata-bata menjawab pertanyaan anaknya.
“Tuhanku…. Maaf, Pa. Lama tidak memberi kabar. Sejak kapan
Mama di Rumah Sakit?”
“Dua hari yang lalu.”
“Mama sakit apa, Pa? Seberapa parahnya?”tanya Yongki lagi.
Daud terdiam, mengatur nafas dan menata hatinya. Lidahnya
terasa kelu untuk menceritakan semua keadaan Sutriani. Setelah merasa
siap, dengan terbata-bata Daud menceritakan kondisi istrinya. Ia perlu
memberitahu keadaan yang sebenarnya kepada anak sulungnya. Yongki
berhak tahu saat ini. Daud berharap Yongki bisa membantu mengurangi
beban pikiran. Dengan berat hati Daud terpaksa mengutarakan soal
perkiraan biaya perawatan Sutriani. Sebenarnya Daud tidak berniat
merepotkan Yongki. Selama ini ia belum pernah minta bantuan uang
kepada anak-anaknya. Baginya pantangan untuk berkeluh kesah dan
merepotkan anak. Lagipula ia tahu kondisi anak-anaknya yang tidak
terlalu berlebih.
“Tuhan……..”
Suara Yongki menghilang. Hanya terdengar suara nafas berat
Yongki di ujung telepon.
Daud menunggu dengan cemas dan berharap anaknya bisa
mengerti kondisi mereka yang sangat membutuhkan.
“Papa……Yongki minta maaf kalau tidak bisa membantu. Bulan
164 Bisikan Ombak_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com

